Minggu, 20 Januari 2013

PROPOSAL YANTI SILFIA (Tugas Akhir mata kuliah MP3M)


PROPOSAL
PENGARUH PENERAPAN TIPE COURSE REVIEW HORAY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII PONDOK PESANTREN SYECH H. RAFI’I SI-ANGGAI-ANGGAI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika




Oleh:

YANTI SILFIA
2410.030

Dosen pembimbing
Imamuddin, M.Pd


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2013

KATA PENGANTAR
                        

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul Pengaruh Penerapan Tipe Course Review Horay Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013”. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika.
Dalam pelaksanaan penyusunan proposal ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1.      Ibunda dan Ayahanda tercinta yang telah membantu penulis dengan Do’a dan dukungan dalam berbagai hal.
2.      Bapak Imamuddin,M.Pd selaku Dosen Pembimbing sekaligus Dosen pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika.
3.      Rekan-rekan yang senasib dan seperjuangan yang telah memberikan bantuan, masukan, kritikan dan saran-saran.
Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah bagi Ibunda, Ayahanda, Bapak, dan rekan-rekan, sehingga memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan proposal atau tulisan penulis berikutnya. Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan khususnya pendidikan matematika.

Bukittinggi,    Januari 2013

Penulis


DAFTAR ISI

                                                                                                                          Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................          i
DAFTAR ISI ...............................................................................................          ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .........................................................................          1
B.     Identifikasi Masalah .................................................................          7
C.     Pembatasan Masalah ................................................................          8
D.    Perumusan Masalah ..................................................................          9
E.     Asumsi ......................................................................................          9
F.      Tujuan Penelitian ......................................................................          9
G.    Defenisi Operasional.................................................................         10
H.    Manfaat Penelitian ...................................................................         11
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A.    Belajar dan Pembelajaran .........................................................         12
B.     Pembelajaran Matematika ........................................................         16
C.     Pembelajaran Course Review Horay.........................................         17
D.    Pengelompokkan Course Review Horay ..................................         19
E.     Pembelajaran Konvensional......................................................         21
F.      Aktifitas Siswa..........................................................................         24
G.    Kreatifitas Siswa.......................................................................         26
H.    Pemahaman Konsep Matematis................................................         27
I.       Kerangka Konseptual................................................................         30
J.       Hipotesis....................................................................................         31
BAB III : METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian..........................................................................         32
B.     Rancangan Penelitian................................................................         32
C.     Populasi dan Sampel.................................................................         33
D.    Variabel dan Data.....................................................................         34
E.     Prosedur Penelitian....................................................................         36
F.      Instrument penelitian.................................................................         37
G.    Teknik Analisis Data.................................................................         42
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara.[1]
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua orang dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber, media, dan tempat di dunia. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama yang efektif.
Proses berfikir bukanlah sekedar proses mengaktifkan neuron dalam struktur otak, tanpa memasukkan unsur zikir, mengingat Allah Pencipta Alam Semesta. Allah SWT menjelaskan hal ini dalam Firman-Nya QS. Ali-Imran Ayat 190-191, yang berbunyi:
žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ         
tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ  

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.[2]

Ayat ini menjelaskan bahwa kita harus melihat dengan mata kepala sekaligus dengan mata hati, dan berfikir dengan logika intelektual yang sekaligus dengan logika spiritual. Logika intelektual yaitu kemampuan manusia memanfaatkan potensi otaknya untuk melihat, merumuskan, memilah, dan memecahkan masalah tanpa melibatkan hati nurani dan Tuhan. Sedangkan, logika spiritual adalah kemampuan manusi memadukan potensi otak, hati nurani (bashirah), dan gelombang kekuasaan Tuhan dalam melihat, merumuskan, memilah, dan memecahkan masalah. Jadi, apapun yang kita lihat, apapun yang kita nikmati, sesungguhnya ada Kekuasaan Allah di dalamnya.
Cara berfikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan siswa terampil berfikir rasional secara intelektual dan spiritual, bernalar, serta dapat mengembangkan aktifitas kreatif.
Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, karena dibutuhkan dalam memecahkan berbagai masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Erman Suherman yang menyatakan bahwa “para pelajar memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah, manyajikan dan menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer.[3] Selain itu agar siswa mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, untuk membantu memahami bidang studi lain, serta dapat digunakan dalam kehidupan yang lebih luas.
Siswa yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar, suatu saat akan melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke sekolah menengah. Siswa yang sudah duduk di bangku sekolah menengah, suatu saat akan melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi lagi dan setelah itu mereka akan memasuki dunia yang lebih luas, sehingga mereka membutuhkan bekal yang dapat menghantarkan mereka kepada tujuan tersebut, dan bekal ini dapat diperoleh siswa dalam pembelajaran matematika. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika  merupakan salah satu disiplin ilmu  yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan salah satu bekal yang dapat menghantarkan siswa menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menyadari pentingnya matematika dalam kehidupan, seharusnya mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Agar siswa tertarik mengikuti pembelajaran matematika, maka seharusnya pembelajaran matematika dilaksanakan dengan cara yang menarik, menyenangkan, dan melibatkan siswa secara aktif. Hal ini sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik yang menjelaskan bahwa guru dan siswa senantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan menyenangkan, menantang dan menggairahkan[4]. Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai pada bulan Desember 2012 lalu, peneliti melihat bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan belum optimal sehingga pencapaian tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan belum tercapai. Pada pembelajaran, siswa masih cenderung terpusat kepada guru atau peran guru di kelas lebih dominan dibandingkan siswa. Hal ini terlihat ketika pembelajaran berlangsung, materi diberikan oleh guru, defenisi dan rumus juga diberikan, penurunan rumus dan penyelesaian soal dilakukan sendiri oleh guru, kegiatan siswa adalah mendengar dan membuat catatan, serta mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. Ketika guru meminta siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak mereka pahami, siswa tersebut malas bertanya dan hanya diam. Siswa juga merasa tidak percaya diri untuk menjawab ataupun memberikan pertanyaan/tanggapan secara terbuka, baik kepada guru maupun teman sebayanya.
Secara umum terlihat bahwa motivasi belajar siswa kurang sehingga aktifitas siswa dalam pembelajaran belum berkembang secara optimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah berasal dari dalam diri siswa sendiri, siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan mengandung bahasa yang rumit. Hal ini tergambar dari sikap siswa, seperti siswa merasa kurang percaya diri ketika menjawab ataupun mengajukan pertanyaan kepada guru.
Selain itu, siswa juga tidak termotivasi bekerjasama dengan teman sebayanya saat menyelesaikan soal yang diberikan guru. Hal ini terlihat dari kurangnya aktifitas siswa berdiskusi dengan temannya untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru. Beberapa siswa tertentu saja yang mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, sedangkan siswa yang lain menunggu pekerjaan temannya selesai agar dapat mencontoh, bahkan ada juga yang tidak mengerjakan tugas sama sekali. Masalah ini jika dibiarkan berlanjut akan berakibat kepada aktifitas dan hasil belajar yang diperoleh siswa.
Selain faktor dari dalam diri siswa, faktor guru dan strategi pembelajaran yang digunakan juga berperan penting atas rendahnya aktifitas dan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran. Guru cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan sehingga perbedaan individual ataupun kelompok kurang mendapat perhatian. Pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang berperilaku yang kurang baik menjadi baik. Faktor lain juga telihat dari perlakuan guru yang masih menggunakan strategi pembelajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung. Hal ini menyebabkan kurangnya minat dan respon siswa terhadap pembelajaran karena tidak adanya variasi dari cara mengajar guru.
Kenyataan ini di tunjukkan oleh hasil belajar matematika siswa yang masih rendah. Dalam hal ini, salah satunya dapat dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa belum memuaskan, seperti pada Tabel 1:
Tabel 1. Persentase ketuntasan belajar Ujian Semester I siswa kelas VIII semester II di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013.
Kelas
Jumlah Siswa
Ketuntasan
<70
70
VIII
12 orang
60%
40%
(Sumber: Guru Bidang Studi Matematika Kelas VIII semester II di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai)

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa, siswa kelas VIII semester II di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013, masih banyak yang belum tuntas pada ujian semester I. Hasil belajar matematika yang dicapai siswa masih dibawah kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) matematika yang ditetapkan sekolah yaitu 70.
Berdasarkan observasi pada kelas VIII Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai Pada tanggal 8 Desember 2012 ditemukan bahwa pembelajaran masih bersifat konvensional, sebagian  besar sikap siswa cendrung lebih banyak diam, malas bertanya, dan malas untuk mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru sehingga siswa beranggapan matematika itu sulit dan membosankan. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru, yang biasanya dengan menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas secara individu sehingga pembelajaran berlangsung satu arah.
Uraian di atas terlihat bahwa banyak faktor penyebab rendah hasil belajar, dengan kondisi yang seperti ini penulis ingin mencoba suatu Tipe pembelajaran yang akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai, untuk itu diupayakan suatu Tipe pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan sekaligus meningkatkan kreatifitas peserta didik salah satunya adalah Tipe pembelajaran Course Review Horay. Dalam pembelajaran Course Review Horay ini siswa bekerja dalam kelompoknya membahas soal latihan yang diberikan guru, dengan adanya kerja sama dalam kelompok diharapkan masing-masing siswa lebih memahami materi serta soal-soal yang diberikan guru.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut, dengan judul Pengaruh Penerapan Tipe Course Review Horay Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.    Kegiatan belajar mengajar masih  terpusat pada guru dan kurangnya variasi metode guru  dalam mengajar.
2.    Siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit, membosankan dan mengandung bahasa yang rumit.
3.    Siswa kurang termotivasi untuk belajar dan mengerjakan soal latihan yang diberikan guru.
4.    Aktifitas siswa dalam pembelajaran belum berkembang secara optimal yang tergambar pada aktifitas siswa yang masih monoton.
5.    Siswa kurang memahami konsep dari materi yang disampaikan oleh guru
6.    Hasil belajar matematika siswa masih rendah dengan indikasi banyaknya siswa yang belum mencapai Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.
7.    Guru masih cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian.

C.    Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki, maka masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya difokuskan pada aktifitas, kreatifitas, dan pemahaman konsep siswa terhadap penerapan strategi pembelajaran course review horay pada mata pelajaran matematika siswa kelas VIII semester II di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013.


D.    Perumusan Masalah
Untuk memudahkan penulis dalam penyusunan dan penulisan proposal  ini, maka penulis merumuskan permasalahan ini dalam bentuk pertanyaan yaitu:
1.    Bagaimanakah aktifitas siswa selama pembelajaran dengan strategi course review horay berlangsung?
2.    Bagaimanakah  kreatifitas  siswa setelah pembelajaran dengan strategi course review horay diterapkan?
3.    Apakah pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan Tipe Course Review Horay lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional? 
E.     Asumsi
Asumsi pada penelitian ini adalah:
1.    Siswa memiliki waktu dan kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran matematika.
2.    Guru mampu menerapkan Tipe Course Review Horay dalam pembelajaran matematika.
3.    Hasil tes yang diperoleh siswa dapat mengukur pemahaman konsep siswa.
F.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian yang akan diteliti, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1.      Mengetahui aktifitas siswa selama pembelajaran dengan strategi course review horay berlangsung.
2.      Mengetahui kreatifitas siswa setelah pembelajaran dengan strategi course review horay diterapkan.
3.      Mengetahui apakah pemahaman konsep matematis siswa menggunakan Tipe Course Review Horay lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa menggunakan pembelajaran konvensional.
G.    Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam  memahami proposal ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah dibawah ini:
Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Course Review Horay adalah Tipe yang sesuai digunakan dalam mengerjakan soal latihan dengan saling berbagi informasi siswa akan lebih mengerti dan mudah dalam memahami soal latihan, pertama guru menyajikan materi kemudian  guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk tanya jawab. Selanjutnya guru membacakan soal secara acak, semua siswa mulai memikirkan jawaban dari soal yang dibacakan guru tersebut, setelah siap jawaban dituliskan pada kotak yang telah disediakan, kemudian jawaban tersebut didiskusikan untuk memperoleh jawaban yang benar, siswa yang jawabannya benar langsung diberi tanda benar dan berteriak Horay.
Aktifitas Siswa adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran.
Kreatifitas Siswa adalah suatu pengalamansiswa untuk mengungkapkan dan mengaktualisasikan identitas individu secara terpadu yang membawa perubahan yang berarti bagi orang lain danlingkungan, baik dalam dunia kebendaan, dunia ide, dunia seni, atau struktursosial.
Pemahaman Matematis Siswa adalah cara seseorang yang dapat memahami  tentang ide yang dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh.
H.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan nanti akan bermanfaat sebagai:
1.    Pengalaman, bekal dan pengetahuan bagi peneliti dalam mengajar matematika dimasa mendatang, khususnya dalam penggunaan strategi pembelajaran course review horay.
2.    Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru matematika dalam kegiatan pembelajaran.
3.    Masukan bagi guru matematika dan calon guru matematika dalam upaya meningkatkan pemahaman belajar matematika siswa dan kualitas belajar siswa.
4.    Informasi bagi guru dan mahasiswa untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Belajar dan Pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik, yang tentunya tidak terlepas dari peran seorang guru sebagai pendidik.
Morgan menjelaskan bahwa: “Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman”.[5] Sedangkan menurut Slameto, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.[6] Selanjutnya Muhibbin Syah juga menyebutkan bahwa: “Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.[7]
Bertolak dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dialami peserta didik akibat berinteraksi dengan lingkungannya, belajar lebih mengutamakan proses bukan hasil. Seseorang yang melakukan proses belajar akan mendapatkan suatu hal berupa perubahan tingkah laku sesuai dengan proses belajar yang ia lalui dan hasil yang ia harapkan.
Proses belajar yang dilalui siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1.        Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.        Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3.        Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan strategi yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. [8]

Pendekatan belajar merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, oleh karena itu guru harus melaksanakan kegiatan pengajaran sebaik mungkin sehubungan dengan tugasnya sebagai pendidik. Dalam teori Gestalt, John Dewey mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a.         Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian.
b.        Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan intelektual siswa.
c.         Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar. [9]
Hal terpenting dalam pembelajaran di sekolah adalah belajar, karena dengan belajar, pembelajaran akan lebih efektif. Dan sebagai guru pun, dalam perencanaan pengajaran ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satu yang terpenting adalah memperhatikan karakteristik siswa yang diajar, dengan begitu maka seorang guru akan mengetahui masalah belajar yang dihadapi siswa. Jadi, guru akan merencanakan pengajaran sesuai keadaan siswa, selanjutnya guru akan melaksanakan proses dan evaluasi pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Dengan demikian, maka hasil belajar yang efektif dan efesien akan tercapai.
Allah SWT juga menjelaskan tentang belajar dan ilmu pengetahuan dalam firman-Nya surat Al-Mujaadilah ayat 15 yang berbunyi:
Æìsùötƒ…… ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya: ”……Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujaadilah: 15)[10]

Orang yang menuntut ilmu memiliki kedudukan yang mulia di hadapan Allah SWT, Allah memberikan keutamaan-keutamaan kepada orang yang berilmu sebagaimana Dia memberikan keutamaan kepada orang yang beriman. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar dan menuntut ilmu merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan bahkan diwajibkan kepada setiap orang dalam rangka menuju perubahan kearah yang lebih baik.
Setiap individu, bila melaksanakan kegiatan belajar akan mengalami perubahan tingkah laku yang positif. Adapun tingkah laku yang dimiliki oleh orang yang belajar adalah:
a.         Perubahan terjadi secara sadar.
b.        Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
c.         Perubahan bersifat menetap.
d.        Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan pasif.
e.         Perubahan terjadi secara terarah dan bertujuan.
f.         Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek. [11]
Untuk mencapai tujuan tersebut tidak lepas dari tugas merancang pembelajaran. Suherman mendefenisikan pembelajaran sebagai berikut: “Pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan”.[12]
Sedangkan Suprijono mengungkapkan bahwa:
“Pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi, subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif”.[13]

Dalam pembelajaran, siswa dipandang sebagai pusat pembelajaran, guru bertindak sebagai fasilitator yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu guru harus dapat mengusahakan sistem pembelajaran sedemikian rupa, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi kegiatan pembelajaran, sehingga siswa dapat menguasai pembelajaran secara optimal dan mencapai hasil yang optimal pula.


B.     Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika menurut Nikson yang mengemukakan bahwa “Pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kembali.[14]
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa guru perlu melakukan suatu proses yang disebut pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut teori belajar Gagne yang dikutip Erman (2003:  33) mengatakan bahwa :
Dalam pembelajaran matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep dan aturan, sedangkan objek tak langsung yaitu kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar.[15]

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa akan menemukan bagaimana seharusnya beraktivitas. Siswa dituntut untuk memiliki kemampuan belajar  mandiri, kemampuan menyelidik dan memecahkan masalah serta memperoleh berbagai macam fakta, aturan, konsep dan keterampilan. Hal ini menuntut siswa untuk belajar secara aktif dan secara mandiri sesuai dengan kemampuannya.
C.    Pembelajaran Course Review Horay
Tipe pembelajaran Course Review Horay menepati posisi yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal matematika, dalam hal ini siswa harus memahami materi dan konsep persoalan yang ada dalam bentuk apapun. Hal tersebut akan tercapai jika siswa memperkaya pengetahuannya secara mandiri.
Langkah-langkah pembelajaran Tipe Course Review Horay :
1)   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2)   Guru menyajikan materi
3)   Memberikan kesempatan kepada siswa untuk tanya jawab
4)   Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak berbentuk kubus sesuai dengan kebutuhan untuk menuliskan jawaban soal dari guru dan setiap kotak diisi angka sesuai selera siswa.
5)   Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban didalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar dan kalau salah diisi tanda salah
6)   Siswa yang sudah mendapatkan tanda benar harus berteriak Horay atau yel-yel lainnya yang telah disediakan kelompok
7)   Nilai siswa dihitung dari jumlah Horay yang mereka peroleh.
8)   Penutup.[16]

Berdasarkan kutipan di atas Tipe Course Review Horay merupakan Tipe yang sesuai digunakan dalam mengerjakan soal latihan dengan saling berbagi informasi siswa akan lebih mengerti dan mudah dalam memahami soal latihan, pertama guru menyajikan materi kemudian  guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk tanya jawab. Selanjutnya guru membacakan soal secara acak, semua siswa mulai memikirkan jawaban dari soal yang dibacakan guru tersebut, setelah siap jawaban dituliskan pada kotak yang telah disediakan, kemudian jawaban tersebut didiskusikan untuk memperoleh jawaban yang benar, siswa yang jawabannya benar langsung
diberi tanda benar dan berteriak Horay.
Berdasarkan langkah-langkah Course Review Horay yang telah diuraikan di atas maka penulis  menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penenlitian nantinya, yaitu:
a.    Guru menyampaikan kompetensi
Kompetensi yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah pembelajaran berlangsung.
b.    Guru menyajikan materi pembelajaran
Disini guru menyampaikan materi serta poin-poin apa saja yang harus dipahami siswa
c.    Tanya jawab sebagai pemantapan.
Setelah guru menyampaikan materi, siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru tentang materi yang kurang dimengerti, dan sebaliknya guru akan bertanya kepada siswa sebagai pemantapan.
d.      Mempersiapkan kotak yang berbentuk kubus
Setelah siswa duduk dalam kelompoknya, kemudian siswa memersiapkan media kotak yang berbentuk kubus tempat meletakkan jawaban hasil diskusi kelompok.
e.    Bekerja dalam kelompok
Setelah soal dibacakan secara acak oleh guru, siswa dalam kelompoknya yang terdiri atas 5 orang mendiskusikan soal tersebut. Nomor kelompok yang sama dengan nomor soal yang dibacakan guru adalah kelompok yang berhak menjawab dan menjelaskan jawabannya kedepan.
f.       Teriakan Horay atau yel-yel lainnya dari kelompok
Kelompok yang berhasil menjelaskan jawabannya dengan baik diberi tanda banar oleh guru pada jawaban yang diletakkan pada kotak kubus.
g.    Guru memberi nilai
Nilai dari kelompok diambil dari berapa jumlah Horay yang mereka peroleh dan cara penyelesaian soal dengan baik.

D.    Pengelompokkan dalam Pembelajaran Course Review Horay
Untuk mengoptimalkan manfaat pembelajaran Tipe Course Review Horay, keanggotaan kelompok sebaiknya heterogen. Kelompok heterogen adalah terdiri dari beragam kemampuan akademik siswa, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin maupun ras. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 5 orang tiap kelompok dan mereka haruslah bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
Pengelompokkan heterogen bermanfaat dalam proses pembelajaran, dimana siswa akan saling membantu dalam kelompok untuk memahami suatu materi. Hal ini akan memberi kesempatan kepada siswa yang berkemampuan tinggi untuk bisa membagi pengetahuannya kepada siswa yang berpengetahuan yang rendah. Hal ini akan membuat siswa berkemampuan tinggi semakin memperkuat pemahamannya dan siswa berkemampuan rendah akan lebih paham melalui bantuan rekan sekolompok lainnya.
Berikut ini disajikan langkah-langkah pembentukan kelompok bedasarkan kemampuan akademik
Tabel 2: Prosedur Pengelompokan Heterogenitas Berdasarkan Kemampuan Akademik[17]
Langkah 1 Mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademik
Langkah 2 Membentuk kelompok pertama
Langkah 3 membentuk kelompok selanjutnya
1. Ana
2. David
3. Dst
4.   -
5.   -
6.   -
7.   -
8.   -
9.   -
10. -
11.Yusuf
12. Citra
13. Rini
14. Basuki
15. Dst
16. -
17. -
18. -
19. -
20.-
21.-
22. -
23. -
24.Slamet
25.Dian
1. Ana
2. David
3. Dst
4.   -
5.   -         Citra             Ana
Kel 1
 
6.   -
7.   -
8.   -
9.   -         Dian            Rini
10. -
11.Yusuf
12. Citra
13. Rini
14. Basuki
15. Dst
16. -
17. -
18. -
19. -
20.-
21.-
22. -
23. -
24.Slamet
25.Dian
1. Ana
2. David
3. Dst
4.   -
5.   -       Yusuf             David
Kel 2
 
6.   -
7.   -
8.   -
9.   -     Slamet             Basuki
10. -
11.Yusuf
12. Citra
13. Rini
14. Basuki
15. Dst
16. -
17. -
18. -
19. -
20.-
21.-
22. -
23. -
24.Slamet
25.Dian
  Sumber: Anita

Berdasarkan Tabel 2, siswa diurutkan dari kemampuan rendah sampai kemampuan tinggi. Pembentukan kelompok 1 dapat dilakukan dengan mengambil siswa dari nomor urut 1, siswa nomor 25, siswa nomor 12 dan siswa nomor 13. Untuk kelompok 2 diambil dengan menempatkan siswa nomor urut 2, siswa nomor 24, siswa nomor 11 dan siswa nomor 14. Sedangkat untuk kelompok selanjutnya juga dilakukan proses yang sama (mengambil siswa nomor urutan berkemampuan tinggi berikutnya dan dua siswa berkemampuan sedang dan berikutnya). Dalam satu kelompoknya biasanya terdiri dari 2-5 orang.
E.     Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang dilakukan secara klasikal dengan strategi ekspositori dan pemberian tugas secara individu yang menggunakan komunikasi satu arah. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran konvensional lebih menitik beratkan pada keaktifan guru. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang biasa dilaksanakan dengan strategi ekspositori.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Eman Suherman:
“Pada strategi ekspositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus menerus bicara, ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya  kalau tidak mengerti, guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individu atau kelompok”.[18]

Untuk kelas kontrol, kegiatan pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru yaitu dengan strategi ekspositori, dimana guru menyampaikan materi dan menyelesaikan contoh soal, dan siswa menerima apa yang disampaikan oleh guru, setelah itu siswa diberikan soal latihan yang diselesaikan secara individu. Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran.
Ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:
a.    tujuan tidak dirumuskan secara spesifik kedalam kelakuan yang dapat diukur,
b.   bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau kelas secara keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual,
c.    bahan pelajaran kebanyakan berbentuk ceramah, tugas tertulis, dan media lain menurut pertimbangan guru,
d.   berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan kegiatan mengajar,
e.    siswa kebanyakan bersifat pasif mendengarkan uraian guru,
f.    semua siswa harus belajar menurut kecepatan guru mengajar,
g.   penguatan umumnya diberikan setelah ulangan atau ujian,
h.   keberhasilan mengajar pada umumnya dinilai guru secara subjektif,
i.     pengajar umumnya sebagai penyalur dan penyebar informasi utama/pengetahuan,
j.     siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai bahan yang  dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan itulah rapor diisikan.[19]

Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional lebih menitik beratkan pada keaktifan guru, guru yang memberikan serta menyajikan materi pelajaran sedangkan siswa hanya menerima dan mendengar apa yang dijelaskan guru saja tanpa memahami terlebih dahulu apa yang dijelaskan guru.
Hal itulah yang ditemukan di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013, yaitu pembelajaran yang sering dilakukan guru adalah guru menyampaikan materi dilanjutkan dengan pemberian contoh soal oleh guru, setelah itu diberikan latihan kepada siswa lalu dilakukan diskusi dan tanya jawab akhirnya guru merasa bahwa materi yang telah diajarkan dapat dimengerti oleh siswa. Terakhir guru memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah. Jadi dapat disimpulkan pembelajaran konvensional lebih menitikberatkan pada keaktifan guru.
Kelebihan dan kekurangan pembelajaran konvensional adalah:

1.      Kelebihan pembelajaran konvensional
a.       Dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pelajaran, dengan demikian dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disajikan.
b.      Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
c.       Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus bias melihat atau mengobservasi(melalui pelaksanaan demontrasi).
d.      Bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
2.      Kelemahan pembelajaran konvensional
a.       Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
b.      strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
c.       Karena strategi ini lebih banyak melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis.
d.      Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya dir,semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur ( berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
e.       Oleh karena gaya berkomunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pelajaran akan sangat terbatas pula. Disamping itu komunikasi satu arah bias mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru. [20]

F.     Aktivitas Siswa
Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari aktifitas, sebab belajar dan mengajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku melalui kegiatan. Itulah sebabnya aktifitas merupakan prinsip dasar dalam interaksi pembelajaran.
Aktifitas siswa dalam kelas dapat dilihat dari partisipasi siswa terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam pembelajaran, aktifitas siswa terlahir karena adanya motivasi dan dorongan. Oleh sebab itu, guru harus berupaya untuk membimbing siswa agar dapat beraktifitas secara maksimal.  Aktifitas yang dimaksud adalah aktifitas yang berhubungan dengan pembelajaran dikelas.
Aktifitas dapat berupa interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungannya. Berbagai macam aktifitas dapat dilakukan siswa di dalam kelas. Paul B Diedrich dalam Sardiman membagi aktifitas belajar siswa sebagai berikut:
a.    Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b.    Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c.    Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
d.   Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
e.    Drawing activities, seperti: membuat grafik, peta, diagram.
f.     Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, membuat konstruksi, mereparasi, berkebun, beternak.
g.    Mental activities, misalnya; menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h.    Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.[21]

Dalam pembelajaran di kelas, semua aktifitas ini saling mendukung satu sama lain. Jika siswa aktif dalam belajar maka tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.
Setelah disesuaikan dengan strategi pembelajaran ETH, maka aktifitas yang  akan diamati dalam  penelitian ini adalah seperti yang diperlihatkan dalam tabel berikut:
Tabel 3. Aktifitas yang Akan Diamati
No
Indikator Aktifitas
Aktifitas Yang Diamati
1.
Visual activities
Membaca materi pada bahan pelajaran
2.
Writing  Activities
Membuat pertanyaan yang sesuai dengan materi pelajaran
3.
Mental Activities
Menyelesaikan/mecahkan soal
4.
Oral Activities
a.    Mempresentasikan jawaban di depan kelas
b.   Menanggapi presentasi siswa yang tampil



G.    Kreatifitas Siswa

Dalam proses pembelajaran Krativitas siswa sangat penting. Sebagian orang berpendapat bahwa kreativitas selalu dimiliki oleh anak berkemampuan akademik yang tinggi. Namun faktanya, banyak anakyang memiliki kemampuan akademis tinggi tetapi tidak otomatis melakukan aktivitas yang menghasilkan output kreatif.
Kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir secara konvergen dandivergen. Maksudnya kemampuan berfikir konvergen adalah kemampuanuntuk berfikir analitis, logis, sisteamatis, terarah menuju pemecahanmasalah dengan satu jawaban yang benar. Sedangkan berfikir secaradivergen adalah kemampuan untuk "Generating Neu Ideas" (mencetuskanide-ide baru) di luar fakta dan kenyataan-kenyataan yang telah ada, untukmenghasilkan produk kreatif yang berfariasi. Jadi yang dimaksud dengan kreativitas siswa adalah suatu pengalamansiswa untuk mengungkapkan dan mengaktualisasikan identitas individu secara terpadu yang membawa perubahan yang berarti bagi orang lain danlingkungan, baik dalam dunia kebendaan, dunia ide, dunia seni, atau struktursosial.[22]

Sedangkan kreativitas belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan  kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.[23]
Empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting:
1.      Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
2.      Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
3.      Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
4.      Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.[24]
H.    Pemahaman Konsep Matematis
 Menurut KBBI Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan.[25]  Pemahaman berarti proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan.[26] Sedangkan konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh.[27] Jadi pemahaman konsep dapat diartikan sebagai cara seseorang yang dapat memahami  tentang ide yang dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh.
Menurut Gagne Dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung yaitu kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep dan prinsip seprti uraian berikut:
1.        fakta (fact) adalah perjanjian-perjanjian dalam matematika   seperti simbol- simbol matematika, kaitan simbol “3” dengan kata “tiga” merupakan contoh fakta. contoh lainnya fakta : “+” adalah simbol dari operasi penjumlahan dan sinus adalah nama suatu fungsi khusus dalam trigonometri,
2.        keterampilan (skills) adalah kemampuan memberikan jawaban  yang benar dan cepat. misalnya pembagian cara singkat, penjumlahan pecahan dan perkalian pecahan,
3.        konsep (concept) adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan objek ke dalam contoh dan bukan contoh. himpunan, segitiga, kubus, dan jari-jari adalah merupakan konsep dalam matematika,
4.        prinsip (principle) merupakan objek yang paling kompleks. prinsip adalah sederetan konsep beserta dengan hubungan diantara konsep-konsep tersebut.[28]
            
Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep serta kemampuan mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari sebuah konsep yang dipelajari. Jadi dapat disimpulkan pemahaman konsep tersebut merupakan kemampuan yang diperoleh siswa dari apa yang dipelajarinya, sehingga siswa tersebut mampu memecahkan berbagai persoalan berbentuk apapun dengan konsep yang dimilikinya. Melalui pemahaman konsep, akan di dapat daya kritis dan analisis (panalaran) terhadap permasalahan (soal) untuk kemudian mentransformasikan ke dalam model dan bentuk persamaan matematika, baru kemampuan menghitung diperlukan.
Matematika akan selalu berhubungan dengan pemahaman dan penalaran. Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah. Selain mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasyarat pemahaman konsep sebelumnya.
Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian perkembangan anak didik SMP dicantumkan indikator  dari  kemampuan  pemahaman  konsep  sebagai  hasil  belajar matematika. Indikator tersebut adalah :
1)   Menyatakan ulang sebuah konsep.
2)   Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).
3)   Memberi contoh dan noncontoh dari konsep
4)   Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5)   Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
6)   Mengaplikasikan konsep atau algoritma  pemecahan masalah.[29]
Berdasarkan kutipan diatas, maka indikator-indikator yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah menyatakan ulang sebuah konsep, mengaplikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu dan mengaplikasikan konsep/algoritma pemecahan masalah.
Indikator-indikator tersebut dipilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam setiap indikator masih kurang, seperti yang dilihat dari permasalahan pada latar belakang, dalam penyelesaian soal siswa masih kurang paham bagaimana konsep perkalian aljabar, terutama dalam perkalian aljabar suku-suku yang sejenis, yang mana seharusnya perkalian suku sejenis itu kita harus menjumlahkan pangkat dari suku tersebut.
I.       Kerangka Konseptual
Persoalan yang banyak dihadapi para guru dalam kegiatan pembelajaran adalah kurangnya minat siswa dalam belajar matematika. Dalam pembelajaran matematika siswa hanya mencatat dan mendengar materi yang diajarkan oleh guru tanpa memahaminya. Siswapun menjadi tidak aktif dan terjadi proses pembelajaran yang monoton yang hanya berpusat pada guru. Banyak siswa yang malas bertanya tentang pelajaran yang belum mereka pahami.
Guru berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, siswa hanya menampung informasi yang diberikan guru tanpa mencoba untuk menemukan sendiri ide-ide yang ada dalam buku serta kurangnya pemahaman konsep dari materi yang dipelajari. Salah satu alternatif yang dapatdilakukan guru memberdayakan siswa dalam proses belajar mengajar adalah dengan menerapkan Tipe Course Review Horay.
Pada Tipe Course Review Horay setiap siswa atau kelompok berlomba-lomba untuk mendapakan skor atau tanda benar lebih banyak akan diberikan nilai. Oleh karena itu penulis beranggapan bahwa penerapan Tipe Course Review Horay dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika.
     Untuk lebih jelasnya kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:







Bevel: SISWA



 
Bevel: PENERAPAN TIPE COURSE REVIEW HORAY HORAY                                         
                                                                    


 













J.      Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori, maka hipotesis penelitian ini adalah “Pemahaman konsep matematis siswa menggunakan Tipe Course Review Horay lebik baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa menggunakan pembelajaran konvensional siswa  kelas VIII Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Sesuai dengan jenis permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen,  karena mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain.
B.     Rancangan Penelitian
Berdasarkan observasi tanggal 8 Desember 2012, kelas yang akan diteliti hanya berjumlah satu kelas, maka  rancangan penelitian yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah the one group pretest-posttest design. Dimana dalam  rancangan ini digunakan satu kelompok subjek. Pertama-tama dilakukan pengukuran, lalu diberikan perlakuan untuk beberapa waktu tertentu , kemudian dilakukan  lagi pengukuran untuk yang kedua kalinya.[30] Perlakuan yang di berikan adalah penerapan strategi pembelajaran Course Review Horay.
            Tabel 4: rancangan penelitian the one group pretest-posttest design
            T1
X
T2
           
Keterangan:
            T1= pretest
            X= Perlakuan/treatment variabel eksperiment
            T2= Posttest

C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah seluruh subjek yang akan diteliti.[31]  Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013. Dimana distribusi siswa di kelas VIII semester II tersebut adalah berjumlah 12 orang. (Sumber: Tata Usaha Ponpes Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai ).
2.      Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representatif atau mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati.[32] Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah satu kelas, yang kelas eksperimen saja, yang diambil dari keseluruhan populasi. Agar sampel yang diperoleh dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya, maka akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Mengumpulkan data nilai semester I matematika  siswa kelas VIII Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013  yang terdiri dari satu  lokal.
b.    Melakukan uji normalitas populasi yang bertujuan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diajukan :
H0 = Populasi berdistribusi normal
H1 = Populasi tidak berdistribusi normal.
Dengan interpretasi “ jika p-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata ditetapkan  maka tolak H0 dan jika sebaliknya terima H0”.[33]
c.    Melakukan uji homogenitas untuk melihat apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Formulasi statistik yang diuji adalah:
H0 : =  = =
:paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
d.   Melakukan analisis variansi satu arah untuk melihat kesamaan rata-rata populasi. Hipotesis yang diujikan adalah :
:  =
:paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
Kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika Fhitung < Ftabel.
D.    Variabel dan Data
1.    Variabel
Variabel adalah objek dari penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.[34] Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.
a.          Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran Tipe Course Review Horay
b.         Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktifitas, kreatifitas dan  pemahaman konsep matematis siswa pada  kelas eksperimen.
2.    Data
a.         Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder
1)        Data primer, yaitu data yang diambil dari sampel yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa dari kelas eksperimen.
2)        Data sekunder yaitu data tentang jumlah siswa dan hasil semester I yang akan menjadi sampel dari populasi pada penelitian ini
b.         Sumber Data
1)      Data Primer
Data primer yaitu data yang bersumber dari kelas sampel Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013
2)      Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang bersumber dari guru matematika dan TataUsaha Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai.  




E.     Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yaitu:
a.    Menetapkan jadwal penelitian
b.    Mempersiapkan kelompok diskusi
c.    Mempersiapkan perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mempersiapkan bahan ajar serta soal-soal latihan
d.   Membuat kisi-kisi soal tes akhir dengan indikator pemahaman konsep
e.    Membuat soal tes akhir
2.Tahap Pelaksanaan
Kelas eksperimen
1.  Kegiatan pendahuluan (  5 menit )
a. Guru mengabsen siswa
b. Apersepsi, motivasi dan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2.Kegiatan inti ( ±70 menit)
a. Guru menyampaikan kompetensi
b. Guru menjelaskan materi pelajaran.
c. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum mereka pahami.
d. Siswa duduk dalam kelompok dengan menyiapkan 5 kotak kubus untuk meletakkan jawaban dari soal yang akan mereka diskusikan
e. Guru membacakan soal-pertama secara acak, nomor kelompok yang sama dengan nomor soal berhak menjawab dan menjelaskan kedepan.
f. Jika kelompok bisa menjawab soal dari guru dengan benar, guru memberikan nilai dan kelompok berteriak Horay.
g. Jumlah nilai dihitung dari skor yang diperoleh tiap-tiap kelompok.
3. Penutup (menit )                                                                               
a. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
b. Guru memberikan siswa PR.

F.     Instrument penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam  rangka mencapai tujuan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes akhir dan hasil kerja kelompok siswa yang mengandung indikator pemahaman konsep matematis siswa.
1.    Tes Akhir
Agar diperoleh instrumen atau alat ukur yang baik, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Menyusun soal tes dengan indikator  kemampuan pemahaman konsep
Tes yang penulis susun berbentuk esai berdasarkan pokok bahasan yang telah dipelajari dengan memperhatikan indikator-indikator pemahaman konsep. Tes tersebut berfungsi sebagai alat ukur, yaitu untuk mengukur pemahaman konsep siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam penyusunan tes tersebut penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1)   Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep  matematis siswa
2)   Membuat batasan terhadap materi yang akan diujikan
3)   Membuat kisi-kisi soal.
4)   Menyusun butir-butir soal yang akan diujikan berdasarkan kisi-kisi dengan indikator pemahaman konsep.
b.    Validitas tes
Validitas yang digunakan adalah validitas isi seperti yang dikemukakan oleh suharsimi bahwa:
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila tujuan khusus tertentu sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan, oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum, maka validitas isi sering disebut validitas kurikuler.[35]

Pada penelitian ini tes yang akan diberikan berdasarkan kurikulum dan materi yang diajarkan oleh guru, selanjutnya dikonsultasikan dengan guru matematika disekolah tempat penelitian dan sekolah tempat uji coba tes, serta dosen pembimbing.
c.    Melaksanakan uji coba tes
Agar soal tes yang digunakan memiliki kriteria soal yang baik, maka soal tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa sekolah yang berbeda tetapi mempunyai tingkat kemampuan yang setara. Uji coba tes diadakan untuk melihat daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas  tes.
d.   Analisis soal
Setelah uji coba tes, dilakukan analisis item untuk melihat baik tidaknya suatu tes seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi bahwa “Tujuan analisa butir soal yaitu untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal jelek. Dengan analisa soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan”.[36]
Suatu soal dikatakan baik jika dapat memberikan gambaran perbedaan antara anak yang pandai dan anak yang kurang pandai. Dalam melakukan analisis item ada tiga hal yang perlu diselidiki, yaitu:
1)   Tingkat kesukaran soal (TK)
Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal berbentuk esai, Depdiknas (2001: 26) mengemukakan rumus sebagai berikut: [37]     
                Mean=
                TK =
Dengan kriteria :
Tabel 5: Kriteria Tingkat Kesukaran Soal[38]
Tingkat Kesukaran
Kriteria
0,00 ≤ TK ≤ 0,30
Sukar
0,30 < TK ≤ 0,70
Sedang
0,70 < TK ≤ 1,00
Mudah
                            Sumber:Depdiknas
2)   Daya Pembeda (DP)
Indeks pembeda soal adalah kemampuan soal untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Untuk mengetahui daya pembeda butir soal yang diberikan kepada siswa digunakan rumus :
     DP =
                    Dengan kriteria seperti Tabel 8 :
Tabel 6: Kriteria Daya Pembeda Butir Soal[39]
Daya Pembeda
Kriteria
0,40 ≤ DP ≤ 1,00
Soal diterima(baik)
0,30 ≤ DP <0,40
Soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 ≤ DP < 0,30
Soal diperbaiki
0,00 ≤ DP < 0,20
Soal tidak dipakai/ dibuang
Sumber: Depdiknas
3)   Uji Reliabilitas soal
Uji reliabilitas soal dilakukan untuk mendapatkan soal yang baik. Soal-soal yang akan dilihat reliabilitasnya adalah soal yang terpakai. Dalam menentukan reliabilitas soal digunakan rumus sebagai berikut:[40]
                        
  Keterangan := Koefisien reliabilitas tes
                               n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan 
 dalam tes       
     1   = Bilangan konstan
           = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
 setiap soal
                            = Varian total  

Tabel 7: Kriteria Besarnya Reliabilitas[41]
Besarnya reliabilitas
Kriteria
0,00 < r11 0,20
Sangat rendah
0,20< r11  0,40
Rendah
0,40< r11  0,60
Sedang
0,60< r11  0,80
Tinggi
0,80< r11  1,00
Sangat tinggi
                      Sumber : Suharsimi
2.    Hasil Kerja Kelompok
Hasil kerja kelompok siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan guru digunakan untuk mengetahui bagaimana ketercapaian indikator-indikator pemahaman konsep matematis siswa selama mengikuti proses pembelajaran dengan Tipe Course Review Horay. Indikator yang akan dinilai adalah:
b.      Menyatakan ulang sebuah konsep
c.       Megklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya
d.      Mengaplikasi konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.


G.    Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah diterima atau ditolak.
1.    Tes Akhir
Pemahaman konsep matematika siswa dinilai dari tes akhir yang mengandung indikator pemahaman konsep dengan penerapan Tipe Course Review Horay. Untuk mengukur pemahaman konsep matematika siswa digunakan rubrik analitik. Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. Dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisa kelemahan dan kelebihan seorang siswa terletak pada kriteria yang mana.[42]
Kriteria yang dipilih ada 3 macam yaitu kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep, kemampuan mengklasifikasi objek-objek menurut sifat tertentu, kemudian kemampuan dalam mengaplikasi konsep pemecahan masalah. Dari ketiga kriteria yang ditentukan kita bisa melihat bagaimana kemampuan seorang siswa tersebut.
Tabel 8: Rubrik Analitik Untuk Pedoman Menentukan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa[43]
Kriteria
Skala pemberian skor
0
1
2
3
4
Menyatakan ulang sebuah konsep

Tidak dapat menyatakan ulang sebuah konsep


 


Tidak dapat mengklasifikasi objek sesuai konsepnya.

 

Tidak dapat mengaplikasi konsep ke pemecahan masalah.
Menunjukkan kemampuan dalam menyatakan konsep hanya sebagian kecil.
Menunjukkan pemahaman hanya sebagian
Menunjukkan pemahaman dengan jelas dan sedikit kekurangan
Menunjukkan pemahaman yang lebih baik


Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu
Kurang mampu mengklasifikasi objek sesuai konsepnya.
Mampu mengklasifikasi hanya sebagian

Mengklasifikasi dengan jelas dan sedikit kekurangan
Sesuai dengan konsepnya
Mengaplikasikan konsep atau
algoritma ke pemecahan masalah
Kurang mampu mengaplikasi konsep kepemecahan masalah.
Mampu mengaplikasi hanya sebagian
Mengaplikasi dengan jelas dan sedikit kekurangan
Benar
     Sumber: Dimodifikasi dari penilaian unjuk kerja
Sangat penting untuk menentukan batasan memenuhi dan tidak memenuhi indikator pemahaman konsep yang ditetapkan. Skala 0 ditambahkan untuk siswa yang tidak menjawab tidak memuaskan, skala 1 untuk siswa yang menjawab kurang memuaskan, skala 2 dianggap untuk siswa yang menjawab cukup memuaskan, skala 3 dianggap siswa yang menjawab memuaskan, skala 4 sangat memuaskan.[44] (Dimodifikasi dari penilaian unjuk kerja)
Berdasarkan rubrik yang sudah dibuat dapat dinilai tes akhir yang dilakukan siswa. Skor yang diperoleh masih harus dirubah dalam skala angka yang ditetapkan (dalam bentuk 0-100). Skor yang diperoleh siswa jika dikonversikan ke skala 0-100 yaitu skor yang diperoleh siswa dibagi skor maksimum dikali 100 (Dimodifikasi dari penilaian unjuk kerja).[45]
Selanjutnya menentukan uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji  homogenitas terhadap kelas sampel, untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak.
a)   Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diujikan adalah:
H0 :   skor pemahaman konsep siswa kelas sampel berdistribusi normal.     
H1:skor pemahaman kosep siswa kelas sampel tidak berdistribusi normal.
“jika p-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan α maka tolak H0 dan sebaliknya terima H0”. [46]
b)   Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas, dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : µ 1= µ2
H1 : µ 1≠ µ 2
Untuk menguji hipotesis penelitian diatas, dilakukan kesamaan dua yang dilakukan adalah :
 dengan
S=(n1-1)S12+( n2-1)S22
                                                     n1+n1-2

Dimana :
= rata-rata nilai kelas eksperimen
= rata-rata nilai kelas kontrol (sampel sebelum di berikan eksperimen)
= Jumlah siswa kelas eksperimen
 = Jumlah siswa kelas kontrol (sampel sebelum di berikan eksperimen)
=Variansi kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen
=Variansi kemampuan pemahaman konsep kelas kontrol (sampel sebelum di berikan eksperimen)
S =  Simpangan baku gabungan

    Kriteria pengujian adalah :
    Terima H0  jika thitung < ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = (n1 + n2 – 2), selain itu  di tolak.
2.      Hasil Kerja Kelompok
Untuk melihat ketercapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa dalam proses pembelajaran matematika, maka lembar hasil kerja kelompok dianalisis dengan menentukan persentase ketercapaian indikator pemahaman konsep pada setiap soal dalam setiap pertemuan sebagai berikut:[47]
P =  x 100 %
Keterangan :
P = persentase ketercapaian indikator pemahaman konsep
F = jumlah soal sesuai indikator
N = jumlah semua soal yang disediakan guru.

Setelah diperoleh nilai P, dapat dilihat bagaimana ketercapaian pemahaman konsep siswa dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir dengan menggunakan grafik.

DAFTAR PUSTAKA
Chalil, Achjar dan Hudaya Latuconsina.2008. Pembelajaran berbasis fitrah. Jakarta:Balai Pustaka

Departemen Agama RI.  Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro. 2008.
Suherman, Erman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA. 2003.
Hamalik ,Oemar.2008.Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta : Bumi Aksara.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2003.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Muliyardi .(2002). Strategi Pembelajaran Matematika. Padang: FMIPA UNP
Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka.
Lie ,Anita. (2002). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo
Nasution. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 2000.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008.
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Fadjar Shadiq.(2009). Tujuan Pembelajaran Matematika SMK. Yogyakarta: Depdiknas
Prof.Dr.Sugiyono.( 2009).Metodologi Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta.
Suharsimi Arikunto.( 1998)Prosedur Penelitian.Rineka Cipta:Jakarta.
Syafriandi. (2001). Analisis Statistik Inferensial dengan Menggunakan Minitab. Padang: UNP.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Depdiknas. (2001). Penyusunan Butir-Butir Soal dan Instrumen Penilaian.Jakarta: Depdiknas
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2005.
Iryanti ,Puji. (2004). Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta : Depdiknas
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010.



[1] Achjar chalil dan hudaya latuconsina,Pembelajaran berbasis fitrah,(Jakarta:Balai Pustaka,2008),hlm.103
[2] Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya: Ali-Imran Ayat 190-191, (Bandung: Diponegoro,2008), hal.59
[3] Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA, 2003), h.58
[4] Oemar Hamalik,  Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), h. 52
[5] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),h.3
[6] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.2
[7] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), h.92
[8] Muhibbin Syah,,h.132
[9] Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA, 2003), h.48
[10] Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya: Al-Mujaadilah ayat 15, (Diponegoro, Bandung:2008), hal.543
[11] Slameto,…,h.3
[12] Erman Suherman,...,h.9
[13] Agus Suprijono,…,h.13
[14] Muliyardi, Strategi Pembelajaran Matematika, (Padang: FMIPA UNP,2002),h.3

[15] Erman Suherman,...,h.33
[16] Suyatno,Menjelajah Pembelajaran Inovatif,(Sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka,2009),h.129

[17] Anita Lie,Cooperative Learning, (Jakarta: Grasindo,2002),h.41
[18] Erman Suherman,...,h.171
[19] Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,(Jakarta: Bumi Aksara, 2000),h.209
[20]  Wina Sanjaya,…, h. 190
[21] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.101
[25] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1991),h.623
[26] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,...h.714
[27] Erman Suherman,...,h.33
[28] Erman Suherman,...,h.33
[29] Fadjar Shadiq, Tujuan Pembelajaran Matematika SMK. Yogyakarta: Depdiknas,2009),h.13

[30] Prof.Dr.Sugiyono,Metodologi Penelitian Pendidikan,(Bandung:Alfabeta,2009),h.110
[31] Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian,(Rineka Cipta:Jakarta,1998),h.115
[32] Suharsimi Arikunto,......h.117
[33] Syafriandi,Analisis Statistik Inferensial dengan Menggunakan Minitab.(Padang: UNP,2001),h.4
[34] Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar Evaluasi Penelitian,(Jakarta:Bumi Aksara,2006),h.96
[35] Suharsimi Arikunto,.....h.67
[36] Suharsimi Arikunto,.....h.207
[37]Depdiknas,Penyusunan Butir-Butir Soal dan Instrumen Penilaian,(Jakarta:Depdiknas,2001),h.26

[38] Depdiknas,......h.27
[39] Depdiknas,......h.28
[40] Anas Sudijono,Pengantar Evaluasi Pendidikan,( Jakarta: Rajawali Pers,2009),h.207
[41] Suarsimi Arikunto,.......h.75
[42] Puji Iryanti, Penilaian Unjuk Kerja,(Yogyakarta : Depdiknas, 2004),h.13
[43] Puji Iryanti, Penilaian Unjuk Kerja,(Yogyakarta : Depdiknas, 2004),h.13
[44] Puji Iryanti, Penilaian Unjuk Kerja,(Yogyakarta : Depdiknas, 2004),h.15 dan 16

[45] Puji Iryanti, Penilaian Unjuk Kerja,(Yogyakarta : Depdiknas, 2004),h.18
[46] Syafriandi,Analisis Statistik Inferensial dengan Menggunakan Minitab.(Padang: UNP,2001),h.4
[47] Nana Sudjana,Penilaian Hasil Belajar Mengajar,(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009),h.130