PROPOSAL
PENGARUH
PENERAPAN TIPE COURSE REVIEW HORAY TERHADAP
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII PONDOK PESANTREN SYECH H. RAFI’I
SI-ANGGAI-ANGGAI TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
Diajukan
Sebagai Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah
Metodologi
Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika
Oleh:
YANTI
SILFIA
2410.030
Dosen
pembimbing
Imamuddin, M.Pd
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2013
KATA
PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
yang berjudul “Pengaruh Penerapan Tipe Course
Review Horay Terhadap Pemahaman
Konsep Matematis Siswa Kelas VIII Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i
Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013”. Proposal
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika.
Dalam pelaksanaan
penyusunan proposal ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Ibunda
dan Ayahanda tercinta yang telah membantu penulis dengan Do’a dan dukungan
dalam berbagai hal.
2. Bapak
Imamuddin,M.Pd selaku Dosen Pembimbing sekaligus Dosen pada mata kuliah Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika.
3. Rekan-rekan
yang senasib dan seperjuangan yang telah memberikan bantuan, masukan, kritikan
dan saran-saran.
Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal
ibadah bagi Ibunda, Ayahanda, Bapak, dan rekan-rekan, sehingga memperoleh
balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa proposal ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan proposal atau tulisan penulis berikutnya.
Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan
sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan khususnya pendidikan
matematika.
Bukittinggi, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR
ISI ............................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ......................................................................... 1
B.
Identifikasi Masalah ................................................................. 7
C.
Pembatasan Masalah ................................................................ 8
D.
Perumusan Masalah .................................................................. 9
E.
Asumsi ...................................................................................... 9
F.
Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
G.
Defenisi
Operasional................................................................. 10
H.
Manfaat Penelitian ................................................................... 11
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
dan Pembelajaran ......................................................... 12
B. Pembelajaran
Matematika ........................................................ 16
C.
Pembelajaran Course
Review Horay......................................... 17
D.
Pengelompokkan
Course Review Horay .................................. 19
E.
Pembelajaran
Konvensional...................................................... 21
F.
Aktifitas Siswa.......................................................................... 24
G.
Kreatifitas
Siswa....................................................................... 26
H.
Pemahaman Konsep
Matematis................................................ 27
I.
Kerangka
Konseptual................................................................ 30
J.
Hipotesis.................................................................................... 31
BAB III : METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian.......................................................................... 32
B.
Rancangan
Penelitian................................................................ 32
C.
Populasi dan
Sampel................................................................. 33
D.
Variabel dan
Data..................................................................... 34
E.
Prosedur
Penelitian.................................................................... 36
F.
Instrument
penelitian................................................................. 37
G.
Teknik Analisis
Data................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara.[1]
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua orang dapat memperoleh informasi
dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber, media, dan tempat di dunia.
Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan
kemampuan bekerja sama yang efektif.
Proses
berfikir bukanlah sekedar proses mengaktifkan neuron dalam struktur otak, tanpa
memasukkan unsur zikir, mengingat Allah Pencipta Alam Semesta. Allah SWT
menjelaskan hal ini dalam Firman-Nya QS. Ali-Imran Ayat 190-191, yang berbunyi:
cÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@ø©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ
tûïÏ%©!$# tbrãä.õt ©!$# $VJ»uÏ% #Yqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ
190. Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka.[2]
Ayat ini menjelaskan bahwa kita
harus melihat dengan mata kepala sekaligus dengan mata hati, dan berfikir
dengan logika intelektual yang sekaligus dengan logika spiritual. Logika
intelektual yaitu kemampuan manusia memanfaatkan potensi otaknya untuk melihat,
merumuskan, memilah, dan memecahkan masalah tanpa melibatkan hati nurani dan
Tuhan. Sedangkan, logika spiritual adalah kemampuan manusi memadukan potensi
otak, hati nurani (bashirah), dan gelombang kekuasaan Tuhan dalam
melihat, merumuskan, memilah, dan memecahkan masalah. Jadi, apapun yang kita
lihat, apapun yang kita nikmati, sesungguhnya ada Kekuasaan Allah di dalamnya.
Cara
berfikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika, karena
matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar
konsepnya, sehingga memungkinkan siswa terampil berfikir rasional secara
intelektual dan spiritual, bernalar, serta dapat mengembangkan aktifitas
kreatif.
Matematika
adalah salah satu disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari, karena dibutuhkan dalam memecahkan berbagai masalah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Erman Suherman yang menyatakan bahwa “para pelajar
memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat,
dapat mengumpulkan, mengolah, manyajikan dan menafsirkan data, dapat
menggunakan kalkulator dan komputer.[3] Selain itu agar siswa
mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, untuk membantu memahami
bidang studi lain, serta dapat digunakan dalam kehidupan yang lebih luas.
Siswa
yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar, suatu saat akan melanjutkan
pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke sekolah menengah. Siswa
yang sudah duduk di bangku sekolah menengah, suatu saat akan melanjutkan pendidikan
mereka ke jenjang yang lebih tinggi lagi dan setelah itu mereka akan memasuki
dunia yang lebih luas, sehingga mereka membutuhkan bekal yang dapat
menghantarkan mereka kepada tujuan tersebut, dan bekal ini dapat diperoleh
siswa dalam pembelajaran matematika. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa matematika merupakan salah satu
disiplin ilmu yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan salah satu bekal yang dapat
menghantarkan siswa menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menyadari pentingnya matematika
dalam kehidupan, seharusnya mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran
yang menarik dan menyenangkan. Agar siswa tertarik mengikuti pembelajaran
matematika, maka seharusnya pembelajaran matematika dilaksanakan dengan cara
yang menarik, menyenangkan, dan melibatkan siswa secara aktif. Hal ini sejalan
dengan pendapat Oemar Hamalik yang menjelaskan bahwa guru dan siswa senantiasa
dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan
menyenangkan, menantang dan menggairahkan[4]. Keterlibatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang
menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan
observasi yang peneliti lakukan di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai pada bulan Desember
2012 lalu, peneliti melihat bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan belum
optimal sehingga pencapaian tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan
belum tercapai. Pada pembelajaran, siswa masih cenderung terpusat kepada guru
atau peran guru di kelas lebih dominan dibandingkan siswa. Hal ini terlihat ketika
pembelajaran berlangsung, materi diberikan oleh guru, defenisi dan rumus juga
diberikan, penurunan rumus dan penyelesaian soal dilakukan sendiri oleh guru,
kegiatan siswa adalah mendengar dan membuat catatan, serta mengerjakan latihan
yang diberikan oleh guru. Ketika guru meminta siswa mengajukan pertanyaan tentang
hal-hal yang tidak mereka pahami, siswa tersebut malas bertanya dan hanya diam.
Siswa juga merasa tidak percaya diri untuk menjawab ataupun memberikan
pertanyaan/tanggapan secara terbuka, baik kepada guru maupun teman sebayanya.
Secara
umum terlihat bahwa motivasi belajar siswa kurang sehingga aktifitas siswa
dalam pembelajaran belum berkembang secara optimal. Salah satu faktor penyebabnya
adalah berasal dari dalam diri siswa sendiri, siswa menganggap bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit dan mengandung bahasa yang rumit. Hal ini
tergambar dari sikap siswa, seperti siswa merasa kurang percaya diri ketika
menjawab ataupun mengajukan pertanyaan kepada guru.
Selain
itu, siswa juga tidak termotivasi bekerjasama dengan teman sebayanya saat
menyelesaikan soal yang diberikan guru. Hal ini terlihat dari kurangnya
aktifitas siswa berdiskusi dengan temannya untuk mengerjakan tugas yang
diberikan guru. Beberapa siswa tertentu saja yang mau mengerjakan tugas yang
diberikan guru, sedangkan siswa yang lain menunggu pekerjaan temannya selesai
agar dapat mencontoh, bahkan ada juga yang tidak mengerjakan tugas sama sekali.
Masalah ini jika dibiarkan berlanjut akan berakibat kepada aktifitas dan hasil
belajar yang diperoleh siswa.
Selain
faktor dari dalam diri siswa, faktor guru dan strategi pembelajaran yang
digunakan juga berperan penting atas rendahnya aktifitas dan respon siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Guru cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan
sehingga perbedaan individual ataupun kelompok kurang mendapat perhatian.
Pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut,
sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak
tahu menjadi tahu dan dari yang berperilaku yang kurang baik menjadi baik. Faktor
lain juga telihat dari perlakuan guru yang masih menggunakan strategi pembelajaran
yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung. Hal ini
menyebabkan kurangnya minat dan respon siswa terhadap pembelajaran karena tidak
adanya variasi dari cara mengajar guru.
Kenyataan ini di tunjukkan oleh hasil belajar matematika siswa yang masih
rendah. Dalam hal ini, salah satunya dapat dilihat dari persentase ketuntasan
hasil belajar matematika siswa belum memuaskan, seperti pada Tabel 1:
Tabel 1. Persentase ketuntasan belajar
Ujian Semester I siswa kelas VIII semester II di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i
Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013.
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
Ketuntasan
|
|
<70
|
≥70
|
||
VIII
|
12 orang
|
60%
|
40%
|
(Sumber: Guru Bidang
Studi Matematika Kelas VIII semester II di Pondok Pesantren
Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai)
Berdasarkan
Tabel 1 terlihat bahwa, siswa kelas VIII semester II di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i
Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013, masih banyak yang
belum tuntas pada ujian semester I. Hasil belajar matematika yang dicapai siswa
masih dibawah kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) matematika yang ditetapkan
sekolah yaitu 70.
Berdasarkan
observasi pada kelas
VIII Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai Pada tanggal 8 Desember 2012
ditemukan bahwa pembelajaran
masih
bersifat konvensional, sebagian besar
sikap siswa cendrung lebih banyak diam, malas bertanya, dan malas untuk
mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru sehingga siswa beranggapan
matematika itu sulit dan membosankan. Pembelajaran konvensional merupakan
pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru, yang biasanya dengan menggunakan
metode ceramah dan pemberian tugas secara individu sehingga pembelajaran berlangsung
satu arah.
Uraian di atas terlihat bahwa banyak
faktor penyebab rendah hasil belajar, dengan kondisi yang seperti ini penulis
ingin mencoba suatu Tipe pembelajaran yang akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i
Si-Anggai-anggai, untuk itu diupayakan suatu Tipe
pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan
sekaligus meningkatkan kreatifitas peserta didik salah satunya adalah Tipe
pembelajaran Course Review Horay. Dalam
pembelajaran Course Review Horay ini
siswa bekerja dalam kelompoknya membahas soal latihan yang diberikan guru,
dengan adanya kerja sama dalam kelompok diharapkan masing-masing siswa lebih
memahami materi serta soal-soal yang diberikan guru.
Berdasarkan latar belakang yang
diuraikan di
atas maka penulis melakukan penelitian di sekolah
tersebut, dengan
judul “Pengaruh Penerapan Tipe Course Review Horay Terhadap Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Kelas VIII Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai tahun pelajaran
2012/2013”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Kegiatan
belajar mengajar masih terpusat pada
guru dan kurangnya variasi metode guru
dalam mengajar.
2. Siswa
menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit, membosankan dan mengandung
bahasa yang rumit.
3. Siswa
kurang termotivasi untuk belajar dan mengerjakan soal latihan yang diberikan
guru.
4. Aktifitas siswa dalam pembelajaran belum
berkembang secara optimal yang tergambar pada aktifitas siswa yang masih
monoton.
5. Siswa
kurang memahami konsep dari materi yang disampaikan oleh guru
6. Hasil belajar matematika siswa masih rendah
dengan indikasi banyaknya siswa yang belum mencapai Ketuntasan Kompetensi
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.
7. Guru masih cenderung memperhatikan kelas
secara keseluruhan sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian.
C.
Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan
kemampuan yang dimiliki, maka masalah-masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini hanya difokuskan pada aktifitas, kreatifitas, dan pemahaman
konsep siswa terhadap penerapan strategi pembelajaran course review horay pada
mata pelajaran matematika siswa kelas VIII semester II di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i
Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013.
D.
Perumusan Masalah
Untuk
memudahkan penulis dalam penyusunan dan penulisan proposal ini, maka penulis merumuskan permasalahan ini
dalam bentuk pertanyaan yaitu:
1. Bagaimanakah
aktifitas siswa selama pembelajaran dengan strategi course review horay berlangsung?
2. Bagaimanakah kreatifitas
siswa setelah pembelajaran dengan strategi course review horay diterapkan?
3. Apakah
pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan Tipe Course
Review Horay
lebih
baik dari pada pemahaman
konsep
matematis siswa dengan pembelajaran konvensional?
E.
Asumsi
Asumsi
pada penelitian ini adalah:
1.
Siswa memiliki
waktu dan kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran matematika.
2.
Guru mampu
menerapkan Tipe Course Review Horay
dalam pembelajaran matematika.
3.
Hasil tes yang
diperoleh siswa dapat mengukur pemahaman konsep siswa.
F.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
permasalahan penelitian yang akan diteliti, maka penelitian ini bertujuan untuk
:
1. Mengetahui aktifitas
siswa selama pembelajaran dengan strategi course review horay berlangsung.
2. Mengetahui kreatifitas
siswa setelah pembelajaran dengan strategi course review horay diterapkan.
3. Mengetahui
apakah pemahaman konsep matematis siswa menggunakan Tipe Course Review Horay lebih baik dari pada pemahaman konsep
matematis siswa menggunakan pembelajaran konvensional.
G.
Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam memahami proposal
ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah dibawah ini:
Strategi
Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Course Review Horay
adalah Tipe
yang sesuai digunakan dalam mengerjakan soal latihan dengan saling berbagi
informasi siswa akan lebih mengerti dan mudah dalam memahami soal latihan,
pertama guru menyajikan materi kemudian
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk tanya jawab. Selanjutnya
guru membacakan soal secara acak, semua siswa mulai memikirkan jawaban dari
soal yang dibacakan guru tersebut, setelah siap jawaban dituliskan pada kotak
yang telah disediakan, kemudian jawaban tersebut didiskusikan untuk memperoleh
jawaban yang benar, siswa yang jawabannya benar langsung diberi tanda benar dan
berteriak Horay.
Aktifitas
Siswa adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan siswa
selama pembelajaran.
Kreatifitas
Siswa adalah suatu pengalamansiswa untuk
mengungkapkan dan mengaktualisasikan identitas individu secara terpadu yang
membawa perubahan yang berarti bagi orang lain danlingkungan, baik dalam dunia
kebendaan, dunia ide, dunia seni, atau struktursosial.
Pemahaman
Matematis Siswa adalah cara seseorang yang dapat memahami tentang ide yang dapat mengelompokkan objek
ke dalam contoh dan non contoh.
H.
Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan nanti akan bermanfaat sebagai:
1. Pengalaman, bekal
dan pengetahuan bagi peneliti dalam mengajar matematika dimasa mendatang,
khususnya dalam penggunaan strategi pembelajaran course review horay.
2. Memberikan sumbangan
pemikiran bagi guru matematika dalam kegiatan pembelajaran.
3. Masukan bagi guru
matematika dan calon guru matematika dalam upaya meningkatkan pemahaman belajar
matematika siswa dan kualitas belajar siswa.
4.
Informasi bagi guru dan mahasiswa untuk
dapat melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Belajar dan Pembelajaran
Dalam keseluruhan
proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak
didik, yang tentunya tidak terlepas dari peran seorang guru sebagai pendidik.
Morgan menjelaskan
bahwa: “Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil
dari pengalaman”.[5]
Sedangkan menurut Slameto, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.[6]
Selanjutnya Muhibbin Syah juga menyebutkan bahwa: “Belajar dapat dipahami sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif”.[7]
Bertolak dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
yang dialami peserta didik akibat berinteraksi dengan lingkungannya, belajar
lebih mengutamakan proses bukan hasil. Seseorang yang melakukan proses belajar
akan mendapatkan suatu hal berupa perubahan tingkah laku sesuai dengan proses
belajar yang ia lalui dan hasil yang ia harapkan.
Proses belajar yang
dilalui siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu:
1.
Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa),
yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.
Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa),
yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3.
Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar yang meliputi
strategi dan strategi yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran. [8]
Pendekatan belajar
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa, oleh karena itu guru harus melaksanakan kegiatan pengajaran sebaik
mungkin sehubungan dengan tugasnya sebagai pendidik. Dalam teori Gestalt, John
Dewey mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan
oleh guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a.
Penyajian konsep harus lebih mengutamakan
pengertian.
b.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
harus memperhatikan kesiapan intelektual siswa.
c.
Mengatur suasana kelas agar siswa siap
belajar. [9]
Hal terpenting dalam
pembelajaran di sekolah adalah belajar, karena dengan belajar, pembelajaran
akan lebih efektif. Dan sebagai guru pun, dalam perencanaan pengajaran ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satu yang terpenting adalah
memperhatikan karakteristik siswa yang diajar, dengan begitu maka seorang guru
akan mengetahui masalah belajar yang dihadapi siswa. Jadi, guru akan
merencanakan pengajaran sesuai keadaan siswa, selanjutnya guru akan
melaksanakan proses dan evaluasi pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat. Dengan demikian, maka hasil belajar yang efektif dan efesien akan
tercapai.
Allah SWT juga
menjelaskan tentang belajar dan ilmu pengetahuan dalam firman-Nya surat
Al-Mujaadilah ayat 15 yang berbunyi:
Æìsùöt…… ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
öNä3ZÏB
tûïÏ%©!$#ur
(#qè?ré& zOù=Ïèø9$#
;M»y_uy 4 ª!$#ur
$yJÎ/ tbqè=yJ÷ès?
×Î7yz
ÇÊÊÈ
Artinya: ”……Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujaadilah: 15)[10]
Orang yang menuntut
ilmu memiliki kedudukan yang mulia di hadapan Allah SWT, Allah memberikan
keutamaan-keutamaan kepada orang yang berilmu sebagaimana Dia memberikan
keutamaan kepada orang yang beriman. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
belajar dan menuntut ilmu merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan bahkan
diwajibkan kepada setiap orang dalam rangka menuju perubahan kearah yang lebih
baik.
Setiap individu,
bila melaksanakan kegiatan belajar akan mengalami perubahan tingkah laku yang
positif. Adapun tingkah laku yang dimiliki oleh orang yang belajar adalah:
a.
Perubahan terjadi secara sadar.
b.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan
fungsional.
c.
Perubahan bersifat menetap.
d.
Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan
pasif.
e.
Perubahan terjadi secara terarah dan bertujuan.
f.
Perubahan dalam belajar mencakup seluruh
aspek. [11]
Untuk mencapai
tujuan tersebut tidak lepas dari tugas merancang pembelajaran. Suherman
mendefenisikan pembelajaran sebagai berikut: “Pembelajaran adalah proses
komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam
rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa
yang bersangkutan”.[12]
Sedangkan Suprijono
mengungkapkan bahwa:
“Pembelajaran berarti proses, cara,
perbuatan mempelajari. Pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya
guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam
perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta
didiknya untuk mempelajarinya. Jadi, subjek pembelajaran adalah peserta didik.
Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog
interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif”.[13]
Dalam pembelajaran,
siswa dipandang sebagai pusat pembelajaran, guru bertindak sebagai fasilitator
yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu guru harus dapat
mengusahakan sistem pembelajaran sedemikian rupa, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
hingga evaluasi kegiatan pembelajaran, sehingga siswa dapat menguasai
pembelajaran secara optimal dan mencapai hasil yang optimal pula.
B.
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika
menurut Nikson yang mengemukakan bahwa “Pembelajaran matematika adalah upaya
membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip-prinsip
matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga
konsep itu terbangun kembali.[14]
Berdasarkan kutipan di
atas dapat disimpulkan bahwa guru perlu melakukan suatu proses yang disebut
pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu penataan lingkungan yang memberi
nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut teori
belajar Gagne yang dikutip Erman (2003:
33) mengatakan bahwa :
Dalam pembelajaran matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa,
yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung berupa fakta,
keterampilan, konsep dan aturan, sedangkan objek tak langsung yaitu kemampuan
menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap
matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar.[15]
Berdasarkan kutipan di
atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa akan menemukan
bagaimana seharusnya beraktivitas. Siswa dituntut untuk memiliki kemampuan
belajar mandiri, kemampuan menyelidik
dan memecahkan masalah serta memperoleh berbagai macam fakta, aturan, konsep
dan keterampilan. Hal ini menuntut siswa untuk belajar secara aktif dan secara
mandiri sesuai dengan kemampuannya.
C.
Pembelajaran Course Review Horay
Tipe pembelajaran Course
Review Horay
menepati
posisi yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam menyelesaikan soal-soal matematika, dalam hal ini siswa harus memahami
materi dan konsep persoalan yang ada dalam bentuk apapun. Hal tersebut akan
tercapai jika siswa memperkaya pengetahuannya secara mandiri.
Langkah-langkah pembelajaran
Tipe Course Review Horay :
1)
Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai
2)
Guru menyajikan materi
3)
Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk tanya jawab
4)
Untuk menguji pemahaman, siswa
disuruh membuat kotak berbentuk kubus sesuai dengan kebutuhan untuk menuliskan
jawaban soal dari guru dan setiap kotak diisi angka sesuai selera siswa.
5)
Guru membaca soal secara acak dan
siswa menulis jawaban didalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung
didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar dan kalau salah diisi tanda salah
6)
Siswa yang sudah mendapatkan
tanda benar harus berteriak Horay atau
yel-yel lainnya yang telah disediakan
kelompok
7)
Nilai siswa dihitung dari jumlah Horay yang mereka peroleh.
8)
Penutup.[16]
Berdasarkan kutipan di
atas Tipe Course Review Horay
merupakan Tipe yang sesuai digunakan dalam mengerjakan soal latihan dengan
saling berbagi informasi siswa akan lebih mengerti dan mudah dalam memahami
soal latihan, pertama guru menyajikan materi kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
tanya jawab. Selanjutnya guru membacakan soal secara acak, semua siswa mulai
memikirkan jawaban dari soal yang dibacakan guru tersebut, setelah siap jawaban
dituliskan pada kotak yang telah disediakan, kemudian jawaban tersebut
didiskusikan untuk memperoleh jawaban yang benar, siswa yang jawabannya benar
langsung
diberi tanda benar dan berteriak Horay.
Berdasarkan langkah-langkah Course Review Horay yang telah diuraikan
di atas maka penulis menyusun
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penenlitian nantinya, yaitu:
a. Guru
menyampaikan kompetensi
Kompetensi yaitu kemampuan yang harus
dimiliki oleh siswa setelah pembelajaran berlangsung.
b. Guru
menyajikan materi pembelajaran
Disini guru menyampaikan materi serta
poin-poin apa saja yang harus dipahami siswa
c. Tanya
jawab sebagai pemantapan.
Setelah guru menyampaikan materi, siswa
diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru tentang materi yang kurang
dimengerti, dan sebaliknya guru akan bertanya kepada siswa sebagai pemantapan.
d. Mempersiapkan
kotak yang berbentuk kubus
Setelah siswa duduk dalam kelompoknya,
kemudian siswa memersiapkan media kotak yang berbentuk kubus tempat meletakkan
jawaban hasil diskusi kelompok.
e. Bekerja
dalam kelompok
Setelah soal dibacakan secara acak oleh
guru, siswa dalam kelompoknya yang terdiri atas 5 orang mendiskusikan soal
tersebut. Nomor kelompok yang sama dengan nomor soal yang dibacakan guru adalah
kelompok yang berhak menjawab dan menjelaskan jawabannya kedepan.
f.
Teriakan Horay atau yel-yel lainnya dari kelompok
Kelompok yang
berhasil menjelaskan jawabannya dengan baik diberi tanda banar oleh guru pada
jawaban yang diletakkan pada kotak kubus.
g. Guru
memberi nilai
Nilai dari
kelompok diambil dari berapa jumlah Horay
yang mereka peroleh dan cara penyelesaian soal dengan baik.
D.
Pengelompokkan dalam Pembelajaran Course Review Horay
Untuk
mengoptimalkan manfaat pembelajaran Tipe Course
Review Horay, keanggotaan kelompok sebaiknya heterogen. Kelompok heterogen
adalah terdiri dari beragam kemampuan akademik siswa, latar belakang sosial
ekonomi, jenis kelamin maupun ras. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 2 sampai 5 orang tiap kelompok dan mereka haruslah bertanggung
jawab terhadap kelompoknya.
Pengelompokkan
heterogen bermanfaat dalam proses pembelajaran, dimana siswa akan saling
membantu dalam kelompok untuk memahami suatu materi. Hal ini akan memberi
kesempatan kepada siswa yang berkemampuan tinggi untuk bisa membagi
pengetahuannya kepada siswa yang berpengetahuan yang rendah. Hal ini akan
membuat siswa berkemampuan tinggi semakin memperkuat pemahamannya dan siswa
berkemampuan rendah akan lebih paham melalui bantuan rekan sekolompok lainnya.
Berikut
ini disajikan langkah-langkah pembentukan kelompok bedasarkan kemampuan
akademik
Langkah 1 Mengurutkan
siswa berdasarkan kemampuan akademik
|
Langkah 2 Membentuk kelompok pertama
|
Langkah 3 membentuk kelompok selanjutnya
|
||||
1.
Ana
2.
David
3.
Dst
4. -
5. -
6. -
7. -
8. -
9. -
10.
-
11.Yusuf
12.
Citra
13.
Rini
14.
Basuki
15.
Dst
16.
-
17.
-
18.
-
19.
-
20.-
21.-
22.
-
23.
-
24.Slamet
25.Dian
|
1.
Ana
2.
David
3.
Dst
4.
-
5. -
Citra Ana
7. -
8. -
9. -
Dian Rini
10.
-
11.Yusuf
12.
Citra
13.
Rini
14.
Basuki
15.
Dst
16.
-
17.
-
18.
-
19.
-
20.-
21.-
22.
-
23.
-
24.Slamet
25.Dian
|
1.
Ana
2.
David
3.
Dst
4. -
5. -
Yusuf David
7. -
8. -
9. -
Slamet Basuki
10.
-
11.Yusuf
12.
Citra
13.
Rini
14.
Basuki
15.
Dst
16.
-
17.
-
18.
-
19.
-
20.-
21.-
22.
-
23.
-
24.Slamet
25.Dian
|
Sumber: Anita
Berdasarkan Tabel 2, siswa
diurutkan dari kemampuan rendah sampai kemampuan tinggi. Pembentukan kelompok 1
dapat dilakukan dengan mengambil siswa dari nomor urut 1, siswa nomor 25, siswa
nomor 12 dan siswa nomor 13. Untuk kelompok 2 diambil dengan menempatkan siswa
nomor urut 2, siswa nomor 24, siswa nomor 11 dan siswa nomor 14. Sedangkat
untuk kelompok selanjutnya juga dilakukan proses yang sama (mengambil siswa
nomor urutan berkemampuan tinggi berikutnya dan dua siswa berkemampuan sedang
dan berikutnya). Dalam satu kelompoknya biasanya terdiri dari 2-5 orang.
E.
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran
konvensional merupakan pembelajaran yang dilakukan secara klasikal dengan
strategi ekspositori dan pemberian tugas secara individu yang menggunakan
komunikasi satu arah. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran konvensional lebih
menitik beratkan pada keaktifan guru. Pembelajaran konvensional yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang biasa dilaksanakan dengan
strategi ekspositori.
Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Eman Suherman:
“Pada strategi ekspositori dominasi guru
banyak berkurang, karena tidak terus menerus bicara, ia berbicara pada awal
pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan
saja. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan tetapi juga membuat soal
latihan dan bertanya kalau tidak
mengerti, guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individu atau kelompok”.[18]
Untuk kelas kontrol,
kegiatan pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru yaitu dengan strategi
ekspositori, dimana guru menyampaikan materi dan menyelesaikan contoh soal, dan
siswa menerima apa yang disampaikan oleh guru, setelah itu siswa diberikan soal
latihan yang diselesaikan secara individu. Pada akhir pembelajaran, guru
bersama siswa menyimpulkan pelajaran.
Ciri-ciri
pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:
a.
tujuan tidak dirumuskan secara spesifik kedalam
kelakuan yang dapat diukur,
b.
bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau
kelas secara keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual,
c.
bahan pelajaran kebanyakan berbentuk ceramah,
tugas tertulis, dan media lain menurut pertimbangan guru,
d.
berorientasi pada kegiatan guru dengan
mengutamakan kegiatan mengajar,
e.
siswa kebanyakan bersifat pasif mendengarkan
uraian guru,
f.
semua siswa harus belajar menurut kecepatan
guru mengajar,
g.
penguatan umumnya diberikan setelah ulangan
atau ujian,
h.
keberhasilan mengajar pada umumnya dinilai guru
secara subjektif,
i.
pengajar umumnya sebagai penyalur dan penyebar
informasi utama/pengetahuan,
j.
siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau
ulangan mengenai bahan yang dipelajari
dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan itulah rapor diisikan.[19]
Berdasarkan kutipan
diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional lebih menitik
beratkan pada keaktifan guru, guru yang memberikan serta menyajikan materi
pelajaran sedangkan siswa hanya menerima dan mendengar apa yang dijelaskan guru
saja tanpa memahami terlebih dahulu apa yang dijelaskan guru.
Hal
itulah yang ditemukan di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai tahun pelajaran
2012/2013, yaitu pembelajaran yang sering dilakukan guru
adalah guru menyampaikan materi dilanjutkan dengan pemberian contoh soal oleh
guru, setelah itu diberikan latihan kepada siswa lalu dilakukan diskusi dan
tanya jawab akhirnya guru merasa bahwa materi yang telah diajarkan dapat
dimengerti oleh siswa. Terakhir guru memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah.
Jadi dapat disimpulkan pembelajaran konvensional lebih menitikberatkan pada
keaktifan guru.
Kelebihan dan kekurangan pembelajaran
konvensional adalah:
1.
Kelebihan pembelajaran konvensional
a.
Dapat mengontrol urutan dan keluasan materi
pelajaran, dengan demikian dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai
bahan pelajaran yang disajikan.
b.
Strategi pembelajaran ekspositori dianggap
sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas,
sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
c.
Melalui strategi pembelajaran ekspositori
selain siswa dapat mendengar melalui penuturan tentang suatu materi pelajaran,
juga sekaligus bias melihat atau mengobservasi(melalui pelaksanaan demontrasi).
d.
Bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran
kelas yang besar.
2.
Kelemahan pembelajaran konvensional
a.
Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat
dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara
baik.
b.
strategi ini tidak mungkin dapat melayani
perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan,
minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
c.
Karena strategi ini lebih banyak melalui
ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan
sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis.
d.
Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori
sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan,
pengetahuan, rasa percaya dir,semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai
kemampuan seperti kemampuan bertutur ( berkomunikasi), dan kemampuan mengelola
kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin
berhasil.
e.
Oleh karena gaya berkomunikasi strategi
pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol
pemahaman siswa akan materi pelajaran akan sangat terbatas pula. Disamping itu
komunikasi satu arah bias mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan
terbatas pada apa yang diberikan guru. [20]
F.
Aktivitas Siswa
Kegiatan
pembelajaran tidak terlepas dari aktifitas, sebab belajar dan mengajar adalah
berbuat untuk mengubah tingkah laku melalui kegiatan. Itulah sebabnya aktifitas
merupakan prinsip dasar dalam interaksi pembelajaran.
Aktifitas siswa
dalam kelas dapat dilihat dari partisipasi siswa terhadap pembelajaran yang
sedang berlangsung. Dalam pembelajaran, aktifitas siswa terlahir karena adanya
motivasi dan dorongan. Oleh sebab itu, guru harus berupaya untuk membimbing
siswa agar dapat beraktifitas secara maksimal.
Aktifitas yang dimaksud adalah aktifitas yang berhubungan dengan pembelajaran
dikelas.
Aktifitas dapat
berupa interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan
lingkungannya. Berbagai macam aktifitas dapat dilakukan siswa di dalam kelas.
Paul B Diedrich dalam Sardiman membagi aktifitas belajar siswa sebagai berikut:
a.
Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b.
Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
c.
Listening activities, seperti mendengarkan: uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato.
d.
Writing activities, seperti menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
e.
Drawing activities, seperti: membuat grafik, peta, diagram.
f.
Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, membuat
konstruksi, mereparasi, berkebun, beternak.
g.
Mental activities, misalnya; menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h.
Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.[21]
Dalam pembelajaran
di kelas, semua aktifitas ini saling mendukung satu sama lain. Jika siswa aktif
dalam belajar maka tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.
Setelah disesuaikan
dengan strategi pembelajaran ETH, maka aktifitas yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seperti yang
diperlihatkan dalam tabel berikut:
Tabel 3. Aktifitas yang Akan Diamati
No
|
Indikator Aktifitas
|
Aktifitas Yang Diamati
|
1.
|
Visual activities
|
Membaca materi pada bahan pelajaran
|
2.
|
Writing
Activities
|
Membuat pertanyaan yang sesuai dengan materi pelajaran
|
3.
|
Mental Activities
|
Menyelesaikan/mecahkan soal
|
4.
|
Oral Activities
|
a.
Mempresentasikan
jawaban di depan kelas
b.
Menanggapi
presentasi siswa yang tampil
|
G.
Kreatifitas Siswa
Dalam proses pembelajaran Krativitas siswa sangat penting. Sebagian orang
berpendapat bahwa kreativitas selalu dimiliki oleh anak berkemampuan akademik
yang tinggi. Namun faktanya, banyak anakyang memiliki kemampuan akademis tinggi
tetapi tidak otomatis melakukan aktivitas yang menghasilkan output kreatif.
Kreativitas
adalah kemampuan untuk berfikir secara konvergen dandivergen. Maksudnya
kemampuan berfikir konvergen adalah kemampuanuntuk berfikir analitis, logis,
sisteamatis, terarah menuju pemecahanmasalah dengan satu jawaban yang benar.
Sedangkan berfikir secaradivergen adalah kemampuan untuk "Generating Neu
Ideas" (mencetuskanide-ide baru) di luar fakta dan kenyataan-kenyataan
yang telah ada, untukmenghasilkan produk kreatif yang berfariasi. Jadi yang
dimaksud dengan kreativitas siswa adalah suatu pengalamansiswa untuk
mengungkapkan dan mengaktualisasikan identitas individu secara terpadu yang
membawa perubahan yang berarti bagi orang lain danlingkungan, baik dalam dunia
kebendaan, dunia ide, dunia seni, atau struktursosial.[22]
Sedangkan kreativitas belajar
dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam
belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan kemampuan formasi yang
diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan
sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.[23]
Empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting:
1. Belajar
kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka.
Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar
mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
2. Belajar
kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah
yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
3. Belajar
kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak
pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita.
Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah
karir dan kehidupan pribadi kita.
4. Belajar
kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.[24]
H.
Pemahaman Konsep Matematis
Menurut KBBI Kemampuan
berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan.[25] Pemahaman berarti proses, perbuatan, cara memahami
atau memahamkan.[26] Sedangkan konsep adalah ide abstrak
yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non
contoh.[27]
Jadi pemahaman konsep dapat diartikan sebagai cara seseorang yang dapat
memahami tentang ide yang dapat
mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh.
Menurut
Gagne Dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu
objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung yaitu kemampuan
menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap
matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung
berupa fakta, keterampilan, konsep dan prinsip seprti uraian berikut:
1.
fakta
(fact) adalah perjanjian-perjanjian dalam matematika seperti simbol- simbol matematika, kaitan
simbol “3” dengan kata “tiga” merupakan contoh fakta. contoh lainnya fakta :
“+” adalah simbol dari operasi penjumlahan dan sinus adalah nama suatu fungsi
khusus dalam trigonometri,
2.
keterampilan
(skills) adalah kemampuan memberikan jawaban yang
benar dan cepat. misalnya pembagian cara singkat, penjumlahan pecahan dan
perkalian pecahan,
3.
konsep
(concept) adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan objek
ke dalam contoh dan bukan contoh. himpunan, segitiga, kubus, dan jari-jari
adalah merupakan konsep dalam matematika,
4.
prinsip
(principle) merupakan objek yang paling kompleks. prinsip adalah
sederetan konsep beserta dengan hubungan diantara konsep-konsep tersebut.[28]
Pemahaman konsep merupakan kompetensi
yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep serta kemampuan mendefinisikan
konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari sebuah
konsep yang dipelajari. Jadi dapat disimpulkan pemahaman konsep tersebut
merupakan kemampuan yang diperoleh siswa dari apa yang dipelajarinya, sehingga
siswa tersebut mampu memecahkan berbagai persoalan berbentuk apapun dengan
konsep yang dimilikinya.
Melalui pemahaman konsep, akan di dapat daya kritis dan analisis (panalaran)
terhadap permasalahan (soal) untuk kemudian mentransformasikan ke dalam model
dan bentuk persamaan matematika, baru kemampuan menghitung diperlukan.
Matematika akan
selalu berhubungan dengan pemahaman dan penalaran. Matematika adalah mata
pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan
menengah. Selain mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang
baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan
prasyarat pemahaman konsep sebelumnya.
Pada
petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen
Depdiknas No. 506/C/PP/2004 tanggal 11
November 2004 tentang penilaian perkembangan anak
didik SMP dicantumkan indikator dari
kemampuan pemahaman konsep
sebagai hasil belajar matematika.
Indikator tersebut adalah :
1)
Menyatakan ulang
sebuah konsep.
2)
Mengklasifikasi
objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).
3)
Memberi contoh dan noncontoh dari konsep
4)
Menyajikan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5)
Menggunakan, memanfaatkan dan
memilih prosedur atau operasi tertentu.
Berdasarkan
kutipan diatas, maka indikator-indikator yang akan dilihat dalam penelitian ini
adalah menyatakan ulang sebuah konsep, mengaplikasikan objek-objek menurut
sifat-sifat tertentu dan mengaplikasikan konsep/algoritma pemecahan masalah.
Indikator-indikator
tersebut dipilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam setiap
indikator masih kurang, seperti yang dilihat dari permasalahan pada latar
belakang, dalam penyelesaian soal siswa masih kurang paham bagaimana konsep
perkalian aljabar, terutama dalam perkalian aljabar suku-suku yang sejenis,
yang mana seharusnya perkalian suku sejenis itu kita harus menjumlahkan pangkat
dari suku tersebut.
I.
Kerangka Konseptual
Persoalan
yang banyak dihadapi para guru dalam kegiatan pembelajaran adalah kurangnya
minat siswa dalam belajar matematika. Dalam pembelajaran matematika siswa hanya
mencatat dan mendengar materi yang diajarkan oleh guru tanpa memahaminya.
Siswapun menjadi tidak aktif dan terjadi proses pembelajaran yang monoton yang
hanya berpusat pada guru. Banyak siswa yang malas bertanya tentang pelajaran
yang belum mereka pahami.
Guru
berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, siswa
hanya menampung informasi yang diberikan guru tanpa mencoba untuk menemukan
sendiri ide-ide yang ada dalam buku serta kurangnya pemahaman konsep dari
materi yang dipelajari. Salah satu alternatif yang dapatdilakukan guru
memberdayakan siswa dalam proses belajar mengajar adalah dengan menerapkan Tipe
Course Review Horay.
Pada
Tipe Course Review Horay setiap siswa
atau kelompok berlomba-lomba untuk mendapakan skor atau tanda benar lebih
banyak akan diberikan nilai. Oleh karena itu penulis beranggapan bahwa
penerapan Tipe Course Review Horay
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dan dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika.
Untuk
lebih jelasnya kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:
J.
Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori, maka hipotesis
penelitian ini adalah “Pemahaman konsep matematis siswa menggunakan Tipe Course Review Horay lebik baik dari pada
pemahaman konsep matematis siswa menggunakan pembelajaran konvensional
siswa kelas VIII Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i
Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Sesuai
dengan jenis permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan maka jenis
penelitian ini adalah penelitian eksperimen, karena mengungkapkan hubungan antara dua
variabel atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain.
B.
Rancangan Penelitian
Berdasarkan
observasi tanggal 8 Desember 2012, kelas yang akan diteliti hanya berjumlah
satu kelas, maka rancangan penelitian
yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah the one group
pretest-posttest design. Dimana dalam rancangan ini digunakan satu kelompok subjek.
Pertama-tama dilakukan pengukuran, lalu diberikan perlakuan untuk beberapa
waktu tertentu , kemudian dilakukan lagi
pengukuran untuk yang kedua kalinya.[30]
Perlakuan yang di berikan adalah penerapan strategi pembelajaran Course
Review Horay.
Tabel 4: rancangan penelitian the
one group pretest-posttest design
T1
|
X
|
T2
|
Keterangan:
T1=
pretest
X=
Perlakuan/treatment variabel eksperiment
T2=
Posttest
C.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek yang akan diteliti.[31] Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII di Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai tahun pelajaran
2012/2013. Dimana distribusi siswa di kelas VIII semester II tersebut adalah
berjumlah 12 orang.
(Sumber: Tata Usaha Ponpes Syech H. Rafi’i Si-Anggai-anggai ).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi
yang diambil secara representatif atau mewakili populasi yang bersangkutan atau
bagian kecil yang diamati.[32]
Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah satu kelas, yang kelas eksperimen saja, yang
diambil dari keseluruhan populasi. Agar sampel yang diperoleh dapat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya, maka akan dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a.
Mengumpulkan
data nilai semester I
matematika
siswa kelas VIII Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i
Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari satu lokal.
b. Melakukan uji
normalitas populasi yang bertujuan untuk melihat apakah populasi berdistribusi
normal atau tidak. Hipotesis yang diajukan :
H0 = Populasi berdistribusi normal
H1 = Populasi tidak berdistribusi normal.
Dengan interpretasi “ jika p-value
yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata ditetapkan maka tolak H0 dan jika sebaliknya
terima H0”.[33]
c.
Melakukan uji homogenitas untuk melihat apakah populasi mempunyai
variansi yang homogen atau tidak. Formulasi statistik
yang diuji adalah:
H0 : = = =
:paling sedikit satu
tanda sama dengan tidak berlaku
d.
Melakukan analisis variansi satu
arah untuk melihat kesamaan rata-rata populasi. Hipotesis yang diujikan adalah
:
: =
:paling sedikit satu
tanda sama dengan tidak berlaku
Kriteria pengujian adalah: tolak H0
jika Fhitung < Ftabel.
D.
Variabel dan Data
1.
Variabel
Variabel adalah objek dari penelitian, atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian.[34]
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.
a.
Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pembelajaran Tipe Course
Review Horay
b.
Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah aktifitas, kreatifitas dan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen.
2.
Data
a.
Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder
1)
Data primer,
yaitu data yang diambil dari sampel yang diteliti. Data primer dalam penelitian
ini adalah hasil belajar matematika siswa dari kelas eksperimen.
2)
Data sekunder
yaitu data tentang jumlah siswa dan hasil semester I yang akan menjadi sampel
dari populasi pada penelitian ini
b.
Sumber Data
1)
Data Primer
Data
primer yaitu data yang bersumber dari kelas sampel Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i
Si-Anggai-anggai tahun pelajaran 2012/2013
2) Data
Sekunder
Data
sekunder yaitu data yang
bersumber dari guru matematika dan TataUsaha Pondok Pesantren Syech H. Rafi’i
Si-Anggai-anggai.
E.
Prosedur Penelitian
Secara
umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi:
1.
Tahap Persiapan
Pada
tahap ini penulis mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan penelitian yaitu:
a.
Menetapkan
jadwal penelitian
b.
Mempersiapkan
kelompok diskusi
c.
Mempersiapkan
perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
mempersiapkan bahan ajar serta soal-soal latihan
d.
Membuat
kisi-kisi soal tes akhir dengan indikator pemahaman konsep
e.
Membuat soal tes
akhir
2.Tahap
Pelaksanaan
Kelas eksperimen
1. Kegiatan pendahuluan ( 5 menit )
a. Guru mengabsen siswa
b. Apersepsi, motivasi dan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2.Kegiatan
inti ( ±70 menit)
a.
Guru menyampaikan kompetensi
b. Guru menjelaskan materi pelajaran.
c. Siswa diberi kesempatan untuk
bertanya tentang materi yang belum mereka pahami.
d. Siswa duduk dalam kelompok dengan
menyiapkan 5 kotak kubus untuk meletakkan jawaban dari soal yang akan mereka
diskusikan
e. Guru membacakan soal-pertama secara
acak, nomor kelompok yang sama dengan nomor soal berhak menjawab dan
menjelaskan kedepan.
f. Jika kelompok bisa menjawab soal dari
guru dengan benar, guru memberikan nilai dan kelompok berteriak Horay.
g. Jumlah nilai dihitung dari skor yang
diperoleh tiap-tiap kelompok.
3. Penutup (menit )
a. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari.
b. Guru memberikan siswa PR.
F.
Instrument penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh atau
mengumpulkan data dalam rangka mencapai
tujuan penelitian. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes akhir dan hasil kerja
kelompok siswa yang mengandung indikator pemahaman konsep matematis siswa.
1.
Tes
Akhir
Agar diperoleh instrumen atau alat ukur
yang baik, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun
soal tes dengan indikator kemampuan
pemahaman konsep
Tes
yang penulis susun berbentuk esai berdasarkan pokok bahasan yang telah
dipelajari dengan memperhatikan indikator-indikator pemahaman konsep. Tes
tersebut berfungsi sebagai alat ukur, yaitu untuk mengukur pemahaman konsep
siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam penyusunan tes tersebut
penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan
tujuan mengadakan tes yaitu untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep matematis siswa
2) Membuat
batasan terhadap materi yang akan diujikan
3) Membuat
kisi-kisi soal.
4) Menyusun
butir-butir soal yang akan diujikan berdasarkan kisi-kisi dengan indikator
pemahaman konsep.
b. Validitas
tes
Validitas yang
digunakan adalah validitas isi seperti yang dikemukakan oleh suharsimi bahwa:
Sebuah
tes dikatakan memiliki validitas isi apabila tujuan khusus tertentu sejajar
dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan, oleh karena itu materi yang
diajarkan tertera dalam kurikulum, maka validitas isi sering disebut validitas
kurikuler.[35]
Pada
penelitian ini tes yang akan diberikan berdasarkan kurikulum dan materi yang
diajarkan oleh guru, selanjutnya dikonsultasikan dengan guru matematika
disekolah tempat penelitian dan sekolah tempat uji coba tes, serta dosen
pembimbing.
c. Melaksanakan
uji coba tes
Agar
soal tes yang digunakan memiliki kriteria soal yang baik, maka soal tersebut
perlu diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa sekolah yang berbeda tetapi
mempunyai tingkat kemampuan yang setara. Uji coba tes diadakan untuk melihat
daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas tes.
d. Analisis
soal
Setelah
uji coba tes, dilakukan analisis item untuk melihat baik tidaknya suatu tes
seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi bahwa “Tujuan analisa butir soal yaitu
untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal jelek.
Dengan analisa soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan
petunjuk untuk mengadakan perbaikan”.[36]
Suatu
soal dikatakan baik jika dapat memberikan gambaran perbedaan antara anak yang
pandai dan anak yang kurang pandai. Dalam melakukan analisis item ada tiga hal
yang perlu diselidiki, yaitu:
1) Tingkat
kesukaran soal (TK)
Untuk
menentukan tingkat kesukaran butir soal berbentuk esai, Depdiknas (2001: 26)
mengemukakan rumus sebagai berikut: [37]
Mean=
TK =
Dengan kriteria :
Tingkat
Kesukaran
|
Kriteria
|
0,00
≤ TK ≤ 0,30
|
Sukar
|
0,30
< TK ≤ 0,70
|
Sedang
|
0,70
< TK ≤ 1,00
|
Mudah
|
Sumber:Depdiknas
2)
Daya Pembeda (DP)
Indeks pembeda soal adalah kemampuan
soal untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
berkemampuan rendah. Untuk mengetahui daya pembeda butir soal yang diberikan
kepada siswa digunakan rumus :
DP =
Dengan kriteria seperti Tabel 8 :
Daya Pembeda
|
Kriteria
|
0,40 ≤ DP ≤ 1,00
|
Soal diterima(baik)
|
0,30 ≤ DP <0,40
|
Soal diterima tetapi perlu diperbaiki
|
0,20
≤ DP < 0,30
|
Soal
diperbaiki
|
0,00
≤ DP < 0,20
|
Soal
tidak dipakai/ dibuang
|
Sumber: Depdiknas
3)
Uji Reliabilitas soal
Uji reliabilitas soal dilakukan untuk
mendapatkan soal yang baik. Soal-soal yang akan dilihat reliabilitasnya adalah
soal yang terpakai. Dalam menentukan reliabilitas soal digunakan rumus sebagai
berikut:[40]
Keterangan := Koefisien
reliabilitas tes
n = Banyaknya butir item yang
dikeluarkan
dalam tes
1 = Bilangan konstan
= Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
setiap soal
= Varian total
Tabel 7: Kriteria Besarnya Reliabilitas[41]
Besarnya reliabilitas
|
Kriteria
|
0,00 < r11 ≤ 0,20
|
Sangat rendah
|
0,20< r11 ≤ 0,40
|
Rendah
|
0,40< r11 ≤ 0,60
|
Sedang
|
0,60< r11 ≤ 0,80
|
Tinggi
|
0,80< r11 ≤ 1,00
|
Sangat tinggi
|
Sumber
: Suharsimi
2.
Hasil Kerja Kelompok
Hasil kerja
kelompok siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan guru
digunakan untuk mengetahui bagaimana ketercapaian indikator-indikator pemahaman
konsep matematis siswa selama mengikuti proses pembelajaran dengan Tipe Course Review Horay. Indikator yang akan
dinilai adalah:
b.
Menyatakan ulang
sebuah konsep
c.
Megklasifikasi objek
menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya
d.
Mengaplikasi konsep
atau algoritma ke pemecahan masalah.
G.
Teknik Analisis Data
Analisis
data bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah diterima atau
ditolak.
1. Tes Akhir
Pemahaman
konsep matematika siswa dinilai dari tes akhir yang mengandung indikator
pemahaman konsep dengan penerapan Tipe Course
Review Horay. Untuk mengukur pemahaman konsep matematika siswa digunakan
rubrik analitik. Rubrik
analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang
ditentukan. Dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisa kelemahan dan
kelebihan seorang siswa terletak pada kriteria yang mana.[42]
Kriteria yang dipilih ada 3 macam yaitu kemampuan menyatakan ulang
sebuah konsep, kemampuan mengklasifikasi objek-objek menurut sifat tertentu,
kemudian kemampuan dalam mengaplikasi konsep pemecahan masalah. Dari ketiga kriteria
yang ditentukan kita bisa melihat bagaimana kemampuan seorang siswa tersebut.
Kriteria
|
Skala pemberian skor
|
||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Menyatakan
ulang sebuah konsep
|
Tidak
dapat menyatakan ulang sebuah konsep
Tidak
dapat mengklasifikasi objek sesuai konsepnya.
Tidak
dapat mengaplikasi konsep ke pemecahan masalah.
|
Menunjukkan
kemampuan dalam menyatakan konsep hanya sebagian kecil.
|
Menunjukkan
pemahaman hanya sebagian
|
Menunjukkan
pemahaman dengan jelas dan sedikit kekurangan
|
Menunjukkan
pemahaman yang lebih baik
|
Mengklasifikasikan
objek menurut sifat-sifat tertentu
|
Kurang
mampu mengklasifikasi objek sesuai konsepnya.
|
Mampu
mengklasifikasi hanya sebagian
|
Mengklasifikasi
dengan jelas dan sedikit kekurangan
|
Sesuai
dengan konsepnya
|
|
Mengaplikasikan
konsep atau
algoritma
ke pemecahan masalah
|
Kurang
mampu mengaplikasi konsep kepemecahan masalah.
|
Mampu
mengaplikasi hanya sebagian
|
Mengaplikasi
dengan jelas dan sedikit kekurangan
|
Benar
|
Sumber: Dimodifikasi dari
penilaian unjuk kerja
Sangat penting untuk menentukan batasan memenuhi
dan tidak memenuhi indikator pemahaman konsep yang ditetapkan. Skala 0 ditambahkan untuk siswa yang tidak menjawab
tidak memuaskan, skala 1
untuk siswa yang menjawab kurang memuaskan, skala 2 dianggap untuk siswa yang menjawab cukup
memuaskan, skala 3 dianggap siswa yang menjawab memuaskan,
skala 4 sangat memuaskan.[44]
(Dimodifikasi dari
penilaian unjuk kerja)
Berdasarkan rubrik yang sudah dibuat dapat dinilai tes akhir yang
dilakukan siswa. Skor yang diperoleh masih harus dirubah dalam skala angka
yang ditetapkan (dalam bentuk 0-100). Skor yang diperoleh siswa jika
dikonversikan ke skala 0-100 yaitu skor yang diperoleh siswa dibagi skor
maksimum dikali 100 (Dimodifikasi dari penilaian unjuk kerja).[45]
Selanjutnya menentukan
uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis. Sebelum melakukan uji
hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap kelas sampel, untuk
melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diujikan
adalah:
H0
: skor pemahaman konsep siswa kelas
sampel berdistribusi normal.
H1:skor pemahaman kosep siswa kelas sampel tidak berdistribusi normal.
“jika p-value
yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan α maka tolak H0 dan sebaliknya terima H0”.
[46]
b)
Uji
Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas,
dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis
penelitian diterima atau ditolak. Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : µ 1= µ2
H1 : µ 1≠ µ
2
Untuk menguji hipotesis penelitian
diatas, dilakukan kesamaan dua yang dilakukan adalah :
dengan
S=√(n1-1)S12+( n2-1)S22
n1+n1-2
Dimana :
= rata-rata
nilai kelas eksperimen
= rata-rata nilai kelas kontrol (sampel sebelum di berikan
eksperimen)
= Jumlah siswa kelas eksperimen
= Jumlah siswa
kelas kontrol (sampel sebelum di berikan eksperimen)
=Variansi kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen
=Variansi kemampuan pemahaman konsep kelas kontrol (sampel sebelum di berikan
eksperimen)
S = Simpangan baku
gabungan
Kriteria
pengujian adalah :
Terima H0 jika
thitung < ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = (n1 + n2 –
2), selain itu di tolak.
2.
Hasil
Kerja Kelompok
Untuk melihat ketercapaian indikator
pemahaman konsep matematis siswa dalam proses pembelajaran matematika, maka lembar
hasil kerja kelompok dianalisis dengan menentukan persentase ketercapaian
indikator pemahaman konsep pada setiap soal dalam setiap pertemuan sebagai
berikut:[47]
P = x 100 %
Keterangan :
P
= persentase ketercapaian indikator pemahaman konsep
F
= jumlah soal sesuai indikator
N
= jumlah semua soal yang disediakan guru.
Setelah
diperoleh nilai P, dapat dilihat bagaimana ketercapaian pemahaman konsep siswa
dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir dengan menggunakan
grafik.
DAFTAR PUSTAKA
Chalil, Achjar dan Hudaya
Latuconsina.2008. Pembelajaran berbasis fitrah. Jakarta:Balai Pustaka
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2185259-pengertian-kreativitas-siswa/#ixzz2IOyQ6Xhn http://www.sarjanaku.com/2011/07/kreativitas-belajar.html
(19/01/2013)
Departemen Agama
RI. Al-Quran
dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro. 2008.
Suherman,
Erman. Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: JICA. 2003.
Hamalik
,Oemar.2008.Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta : Bumi Aksara.
Suprijono,
Agus. Cooperative Learning Teori dan
Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Slameto.
Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
Syah,
Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2003.
Suprijono,
Agus. Cooperative Learning Teori dan
Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Muliyardi .(2002). Strategi Pembelajaran Matematika. Padang: FMIPA UNP
Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo
: Masmedia Buana Pustaka.
Lie ,Anita. (2002).
Cooperative Learning.
Jakarta: Grasindo
Nasution.
Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 2000.
Sanjaya, Wina. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2008.
Sardiman.
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 2011.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
(1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Fadjar Shadiq.(2009). Tujuan
Pembelajaran Matematika SMK. Yogyakarta: Depdiknas
Prof.Dr.Sugiyono.(
2009).Metodologi Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta.
Suharsimi Arikunto.(
1998)Prosedur Penelitian.Rineka Cipta:Jakarta.
Syafriandi. (2001). Analisis
Statistik Inferensial dengan Menggunakan Minitab. Padang: UNP.
Arikunto,
Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Depdiknas. (2001). Penyusunan Butir-Butir Soal dan Instrumen Penilaian.Jakarta:
Depdiknas
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 2005.
Iryanti ,Puji. (2004). Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta :
Depdiknas
Sudjana,
Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010.
[1] Achjar chalil
dan hudaya latuconsina,Pembelajaran berbasis fitrah,(Jakarta:Balai
Pustaka,2008),hlm.103
[2] Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya: Ali-Imran Ayat 190-191, (Bandung: Diponegoro,2008),
hal.59
[3] Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA,
2003), h.58
[4] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2008), h. 52
[5] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010),h.3
[6] Slameto, Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.2
[7] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2003), h.92
[8] Muhibbin Syah,…,h.132
[9] Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA,
2003), h.48
[10] Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya: Al-Mujaadilah ayat 15, (Diponegoro,
Bandung:2008), hal.543
[11] Slameto,…,h.3
[12] Erman Suherman,...,h.9
[13] Agus Suprijono,…,h.13
[14] Muliyardi,
Strategi Pembelajaran Matematika,
(Padang: FMIPA UNP,2002),h.3
[15] Erman Suherman,...,h.33
[18] Erman Suherman,...,h.171
[19]
Nasution,
Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar
Mengajar,(Jakarta: Bumi Aksara, 2000),h.209
[20] Wina
Sanjaya,…, h. 190
[21] Sardiman,
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011), h.101
[25] Tim Penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Kamus
Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1991),h.623
[26] Tim Penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,...h.714
[27] Erman Suherman,...,h.33
[28] Erman Suherman,...,h.33
[30] Prof.Dr.Sugiyono,Metodologi Penelitian
Pendidikan,(Bandung:Alfabeta,2009),h.110
[31] Suharsimi Arikunto,Prosedur
Penelitian,(Rineka Cipta:Jakarta,1998),h.115
[32] Suharsimi Arikunto,......h.117
[34] Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar
Evaluasi Penelitian,(Jakarta:Bumi Aksara,2006),h.96
[35] Suharsimi Arikunto,.....h.67
[36] Suharsimi Arikunto,.....h.207
[37]Depdiknas,Penyusunan Butir-Butir Soal dan Instrumen
Penilaian,(Jakarta:Depdiknas,2001),h.26
[38] Depdiknas,......h.27
[39] Depdiknas,......h.28
[41] Suarsimi Arikunto,.......h.75
[42] Puji Iryanti, Penilaian Unjuk Kerja,(Yogyakarta :
Depdiknas, 2004),h.13
[43] Puji Iryanti, Penilaian Unjuk Kerja,(Yogyakarta :
Depdiknas, 2004),h.13
[44] Puji Iryanti, Penilaian Unjuk Kerja,(Yogyakarta :
Depdiknas, 2004),h.15 dan 16
[45] Puji Iryanti, Penilaian Unjuk Kerja,(Yogyakarta :
Depdiknas, 2004),h.18
[47] Nana
Sudjana,Penilaian Hasil Belajar Mengajar,(Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),h.130