BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan
bekal yang sangat pokok. Berdasarkan kemampuan itu manusia telah berkembang
selama berabad abad yang lalu dan tetap terbuka kesempatan yang luas baginya
untuk memperkaya diri dan mencapai taraf kebudayaan yang lebih tinggi. Masing
masing manusia pun mengalami banyak perkembangan di berbagai bidang, kemampuan
ini didapat karena adanya kemampuan untuk belajar. Tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Setiap guru / pengajar berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang siswanyanya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.Tujuan utama
para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam
diri mereka. Para ahli dalam dunia pendidikan melihat adanya dua bagian pada
proses belajar, ialah :
a.
Proses
pemerolehan informasi baru.
b.
Personalia
informasi ini pada individu.
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi
individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan
karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya
tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya
tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perlaku
siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila
ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan
siswa yang ada.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
perencanaan tujuan-tujuan Instruksional
A. Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan instruksional merupakan
penjabaran dari tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan, secara nasional
tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang undang dasar 1945 yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran tentang ciri ciri kedewasaan yang perlu
dikembangkan pada anak didik dapat ditemukan dalam penentuan perumusan mengenai
tujuan pendidikan, baik pada taraf nasional maupun taraf pengelolaan institusi
pendidikan. Perumusan suatu tujuan pendidikan yang menetapkan hasil yang harus
diperoleh siswa selama belajar, dijabarkan atas pengetahuan dan pemahaman,
keterampilan, sikap dan nilai yang telah menjadi milik siswa.
Adanya tujuan tertentu memberikan arah
pada usaha para pengelola pendidikan dalam berbagai taraf pelaksanaan. Dengan
demikian usaha mereka menjadi tidak sia sia karena bekerja secara profesional
dengan berpedoman pada patokan yang jelas. Berkaitan dengan penentuan tujuan
pendidikan perlu dibedakan antara pengelolaan pendidikan pada taraf:
1.
Organisasi makro :
sistem pendidikan sekolah pada taraf nasional, dengan penjabarannya dalam
jenjang jenjang dan jenis jenis pendidikan sekola, yang semuanya harus menuju
ke pencapaian tujuan pendidikan nasional sesuai dengan progam pendidikan masing
masing
2.
Organisasi meso :
pengaturan progam pendidikan di sekolah tertentu sesuai dengan ciri ciri khas
jenjang tertentu dan jenis pendidikan yang di kelola sekolah itu
3.
Organisasi mikro :
perencanaan dan pelaksanaan suatu proses belajar mengajar tertentu di dalam
kelas yang diperuntukkan kelompok siswa tertentu. (Winkel W.S, 2004)
Tujuan instruksional ternyata masuk ke
dalam organisasi mikro karena mencakup kesatuan bidang studi tertentu yang
menjadi pokok bahasan seperti tercantum pada bagan hubungan hierarkis antara
berbagai tujuan pendidikan sekolah, taraf organisasi pendidikan sekolah dan
taraf pengelolaan pendidikan sekolah dibawah ini:
Hierarki Tujuan Pendidikan
|
Taraf Organisasi
|
Taraf pengelolaan
|
Tujuan Pendidikan Nasional
|
Makro
|
Keseluruhan usaha pendidikan masyarakat di negara
Indonesia
|
Tujuan Pendidikan Institusional
|
Meso
|
Jenjang pendidikan sekolah tertentu dan jenis
pendidikan
|
Tujuan Pendidikan Kurikuler
|
Meso
|
Kesatuan kurikulum tertentu yang mencakup sejumlah
bidang studi
|
Tujuan Instruksional Umum
|
Mikro
|
Kesatuan bidang studi tertentu yang mencakup sejumlah
pokok bahasan
|
Tujuan Instruksional Khusus
|
Mikro
|
Satuan pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu
|
Jadi isi tujuan pendidikan akan berbeda
beda tergantung pada taraf organisasi manakah tujuan itu ditetapkan. Sudah
barang tentu isi tujuan pendidikan pada taraf organisasi yang satu tidak
bertentangan dengan yang lain, melainkan tujuan pada taraf yang lebih bawah
menjabarkan dan mengkhususkan tujuan pada taraf organisasi yang lebih tinggi.
Maka perumusan tujuan instruksional akan lebih mengkhususkan tujuan pendidikan.
Tujuan instruksional umum menggariskan hasil hasil di bidang studi tertentu
yang seharusnya dicapai siswa, adanya hasil akan nampak dalam seluruh prestasi
belajar yang diberikan oleh siswa. intinya tujuan instruksional adalah
kemampuan yang harus diperoleh atau dicapai oleh siswa yang menjadi tujuan dari
proses belajar mengajar.
Dalam pengelolaan dan pengembangan
pengajaran diperlukan suatu model yang dipakai sebagai pegangan yang mencakup
seluruh komponen pokok yang harus dipertimbangkan, dibuat, diatur dan
dilaksanakan. Seperti model yang dikembangkan oleh van gelder yang disebut Didactische
Analyse dengan penjelasan sebagai berikut:
1.
Tujuan
Instruksional : kemampuan yang harus diperoleh siswa
2.
Kemampuan
siswa pada awal pelajaran : kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
instruksional (prasyarat)
3.
Materi
pelajaran : bahan pelajaran
4.
Prosedur
didaktis : metode didaktis yang digunakan oleh guru
5.
Kegiatan
belajar : aktivitas belajar yang dijalankan siswa
6.
Peralatan
,engajar dan belajar : berbagai media pengajaran dan alat bantu
7.
Evaluasi
hasil belajar : penilaian terhadap prestasi siswa
Dalam buku beknopte didaxologie,
E. De Corte juga menyajikan suatu model pembelajaran yang merupakan
pengembangan lebih lanjut dari model van gelder dengan penjelasan sbb:
1.
Tujuan
Instruksional : Apa yang menjadi tujuan proses belajar mengajar
2.
Keadaan
awal diartikan menjadi 2 cara :
a.
Dalam
arti luas : keadaan guru, siswa, jaringan sosial di sekolah dan di kelas
b.
Dalam
arti sempit : kemampuan yang harus diperlukan untuk mencapai tujuan
instruksional
3.
Evaluasi
4.
Proses
belajar : kegiatan mental yang dilakukan siswa
5.
Prosedur
didaktis : cara cara mengatur kegiatan siswa
6.
Materi
pelajaran : menyangkut isi dari tujuan instruksional
7.
Pengelompokan
siswa : tata cara membentuk kelompok
8.
Media
pengajaran : alat bantu yang digunakan guru
9.
Proses
mengajar belajar : interaksi antara kegiatan guru dan kegiatan siswa selama
periode waktu tertentu
Dari beberapa tulisan di atas ada beberapa definisi
yang disampaikan oleh beberapa tokoh seperti Robert F. Magner (1962) yang
mendefinisikan tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai
atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. Juga ada Eduard L.
Dejnozka dan David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan instruksional
adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku
yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan serta Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yang mendefinisikan
tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan
/ keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar. Setelah kita
mengetahui beberapa definisi tujuan instruksional yang dikemukakan dari
beberapa tokoh kita dapat mengambil beberapa manfaat yaitu:
1.
Kita
dapat menentukan tujuan proses belajar mengajar
2.
Menentukan
persyaratan awal instruksional
3.
Merancang
strategi instruksional
4.
Memilih
media pembelajaran
5.
Menyusun
instrumen tes sebagai evaluasi belajar
6.
Melakukan
tindakan perbaikan pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar tujuan instruksional
dapat di bagi menjadi 2 yaitu tujuan instruksional umum yang menggariskan hasil
hasil di aneka bidang studi yang harus dicapai siswa dan tujuan instruksional
khusus (TIK) yang merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum yang
menyangkut suatu pokok bahasan sebagai tujuan pengajaran yang konkrit dan spesifik.
B. Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus
Ada beberapa langkah yang harus dilalui untuk
merumuskan tujuan instruksional khusus. Pertama,
usahakan menggunakan kata kata yang menuntut siswa berbuat sesuatu yang
menampakkan hasil belajarnya dan sekaligus menunjukkan jenis perilaku (behavioral
aspect) yang diharapkan, misalnya “siswa akan mengetahui perbedaan
antara jenis karya sastra dan sastra puisi”, kurang tepat karena kata
“mengetahui” hanya menunjuk pada kemampuan internal. Lebih baik kalau siswa
akan melakukan sesuatu seperti “ menyebutkan secara tertulis ciri khas
dari jenis karya sastra puisi dan sastra prosa dan memberikan suatu contoh
tentang masing masing karya”. Berdasarkan apa yang ditulis yang kemudian di
baca baru dapat ditentukan apakah siswa mengetahui perbedaan antara 2 jenis
karya itu. Prestasi tertulis ini menampakkan dengan jelas, apakah hasil yang
dituju telah tercapai dan hasil macam apa yang diperoleh yaitu pengetahuan.
Kata “menyebutkan” secara tertulis menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati
Kedua, perlu dijelaskan terhadap hal apa siswa harus
melakukan sesuatu (isi). Ini pun perlu dijelaskan supaya se spesifik mungkin.
Misal TIK yang dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap
kebudayaan nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan
membuktikan penghargaannya terhadapa seni tari nasional dengan ikut membawakan
suatu tarian dalam perpisahan kelas”.
Ketiga, perlu dijelaskan persyaratan yang berlaku,bila siswa
akan melakukan sesuatu, sesuai dengan tujuan intruksional khusus. Persyaratan
itu dapat menyangkut bentuk hasl belajar seperti secara tertulis atau secara
lisan dan dapat menyangkut informasi yang diberikan.
Keempat, perlu ditentukan suatu norma mengenai
taraf prestasi minimal yang diberlakukan. Ini berarti bahwa siswa akan mampu
melakukan sesuatu dalam batas paling sedikit atau paling banyak. Norma yang
menentukan taraf minimal dapat menyangkut lamanya waktu, dapat menyebutkan
jumlah atau jumlah kesalahan yang boelh dibuat dan dapat menyangkut taraf
ketelitian dan keterampilan. Karena tekanan yang diberikan pada prestasi
belajar siswa yang berlangsung nampak dalam perilaku yang dapat di amati, TIK
dianggap sebagai suatu “sasaran tingkah laku nyata”( behavioral
objective). Adanya serangkaian sasaran yang demikian membawa
keuntungan sejauh proses belajar mengajar terarah pada tujuan yang spesifik dan
konkret.
C. Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku (internal)
Ilmu psikologi mengenal pembagian aspek kepribadian atas tiga kategori yaitu
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif yang
mencakup pengetahuan serta pemahaman, aspek afektif yang mencakup perasaan, minat,
motivasi, sikap kehendak serta nilai dan aspek psikomotorik yang mencakup
pengamatan dan segala gerak motorik. Dalam kenyataannya dasar pembagian yang
demikian kerap menjadi pedoman dalam menggolongkan segala jenis perilaku.
Kegunaan dari suatu sistem klasifikasi mengenai tujuan instruksional termasuk
tujuan intruksional khusus adalah kita dapat memperoleh gambaran tujuan tujuan
instruksional ditinjau dari segi jenis perilaku yang mungkin dicapai oleh
siswa. Menurut Bloom dan kawan kawan pengklasifikasian jenis perilaku disusun
secara hierarkis sehingga menjadi taraf taraf yang menjadi semakin kompleks
a). Kognitif :
1.
Mencakup
pengetahuan ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan
2.
Mencakup
pemahaman untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari
3.
Mencakup
kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode yang baru
4.
Mencakup
kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
5.
Mencakup
kemampuan membentuk suatu kesatuan
6.
Mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
b).
Afektif :
1.
Mencakup
kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
2.
Mencakup
kerelaan untuk memperhatikan secara aktif
3.
Mencakup
kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
4.
Mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
5.
Mencakup
kemampuan untuk menghayati nilai nilai kehidupan
c).
Psikomotorik :
1.
Mencakup
kemampuan untuk membedakan ciri ciri fisik
2.
Mencakup
kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai gerakan
3.
Mencakup
kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik
4.
Mencakup
kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik dengan lancar
5.
Mencakup
kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilandengan lancar, efisien dan tepat
6.
Mencakup
kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan Pola gerak gerik yang
mahir
7.
Mencakup
kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak gerik yang baru
C. Klasifikasi Tujuan Instruksional
Menurut isi
Dalam suatu TIK dibedakan dua aspek
yaitu aspek perilaku yang dituntut dari siswa dan aspek terhadap hal apa
perilaku itu yang harus dilakukan(isi =content). Untuk istilah isi kerap
digunakan pula istilah materi dan bahan. Istilah isi menunjukkan pada aspek
tertentu dalam tujuan instruksional, terhadap hal apa siswa harus melakukan
ssuatu sesuai jenis perilaku yang dituntut. Istilah materi / bahan pelajaran
menunjuk pada hal hal yang dilakukan selama pengalaman belajar siswa
berlangsung. Klasifikasi tujuan instruksional menurut aspek isi biasanya
dikaitkan dengan struktur yang terdapat dalam cabang cabang ilmu yang mendasari
aneka bidang studi yang di ajarkan di sekolah seperti skema dibawah ini yang
menghubungkan antara tujuan instruksional, aspek isi tujuan instruksional dan
materi / bahan pelajaran.
Tujuan instruksional
|
Isi tujuan instruksional
|
Menyebutkan nama presiden RI
|
Seokarno sebagai presiden pertama republik indonesia
|
Menjelaskan mengapa bahan besi yang dipanaskan
memuai
|
Relasi antara pemanasan dan pemuaian
|
Menunjukkan kerelaan untuk melaporkan secara
obyectif
|
Objektivitas laporan
|
D. Analisis tugas belajar
Dalam menentukan tujuan instruksional
khusus berdasarkan aspek perilaku Gagne menggunakan pengklasifikasian tugas
belajar dan di lengkapi analisis tugas belajar dengan menggjnakan hirarki dalam
belajar yang berupainstructional sequence. Setiap TIK yang hendak
dicapai menuntut prasyaratan kemampuan internal yang harus dimiliki yang berupa
salah satu dari lima hasil belajar (informasi verbal, kemahiran intelektual,
pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan sikap dan motorik). Analisis tugas
belajar dikemukakan oleh Gagne karena menyangkut penyelidikan terhadap komponen
yang mungkin terdapat dalam tujuan instruksional dalam aspek jenis perilaku dan
dalam aspek isi terutama tentang pemahaman dan pengetahuan.
Unsur pemahaman menunjukkan pada konsep
/ dasar dan unsur pengetahuan menunjukkan pada informasi verbal. Kedua unsur
kiranya mutlak diperlukan karena tanpa pemahaman dan pengetahuan yang memadai
sulit memperoleh sikap yang mantap. Hasil penyelidikan terhadap tujuan
instruksional baik dalam aspek jenis perilaku maupun dalam aspek isi yang
menemukan komponen konsep, informasi verbal dan subsikap nantinya akan sangat
berguna dalam perencanaan dan pengelolaan proses belajar mengajar yang membawa
siswa ke hasil yang dituju.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tujuan
instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dalam sistem
pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang
undang dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran tentang ciri
ciri kedewasaan yang perlu dikembangkan pada anak didik dapat ditemukan dalam
penentuan perumusan mengenai tujuan pendidikan, baik pada taraf nasional maupun
taraf pengelolaan institusi pendidikan. Perumusan suatu tujuan pendidikan yang
menetapkan hasil yang harus diperoleh siswa selama belajar, dijabarkan atas
pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang telah menjadi
milik siswa. Adanya tujuan tertentu memberikan arah pada usaha para pengelola
pendidikan dalam berbagai taraf pelaksanaan. Dengan demikian usaha mereka
menjadi tidak sia sia karena bekerja secara profesional dengan berpedoman pada
patokan yang jelas.
Dalam
proses belajar mengajar tujuan instruksional dapat di bagi menjadi 2 yaitu
tujuan instruksional umum yang menggariskan hasil hasil di aneka bidang studi
yang harus dicapai siswa dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang merupakan
penjabaran dari tujuan instruksional umum yang menyangkut suatu pokok bahasan
sebagai tujuan pengajaran yang konkrit dan spesifik.
Di
dalam ilmu psikologi mengenal pembagian aspek kepribadian atas tiga kategori
yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Ketiga aspek ini
sampai saat ini dilakukan oleh tenaga pengajar dalam melakukan penilaian
terhadap materi yang telah disampaikan disamping melakukan analisis tugas
belajar.
Setiap
TIK yang hendak dicapai menuntut prasyaratan kemampuan internal yang harus
dimiliki yang berupa salah satu dari lima hasil belajar (informasi verbal,
kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan sikap dan
motorik). Analisis tugas belajar dikemukakan oleh Gagne karena menyangkut
penyelidikan terhadap komponen yang mungkin terdapat dalam tujuan instruksional
dalam aspek jenis perilaku dan dalam aspek isi terutama tentang pemahaman dan
pengetahuan. Unsur pemahaman menunjukkan pada konsep / dasar dan unsur
pengetahuan menunjukkan pada informasi verbal. Kedua unsur kiranya mutlak
diperlukan karena tanpa pemahaman dan pengetahuan yang memadai sulit memperoleh
sikap yang mantap.
Daftar Pustaka
Winkel, W.S. “Psikologi
Pembelajaran”, Media Abadi, Cetakan Ke IX, Tahun 2007
Gagne, Robert,M. The Conditions
of Learning, Holt, Rinehart and Winston, New York, 1977
Bloom,B. Human Characteristic
and school Learning, Mcgraw-Hill,New York,1976
Rochman,N.Psikologi Kepribadian,
CV Mutiara, JAKARTA, 1979
Siswojo.Belajar Tuntas ( Mastery
Learning), Erlangga, JAKARTA, 1981
Tidak ada komentar:
Posting Komentar