Kamis, 17 Januari 2013

makalah kelompok 2



MAKALAH

Perencaan Tujuan-Tujuan Instruksional

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran



Oleh:

yanti silfia                        :2410.030
nur asni                               :2410.042
diana dahlia                    :2410.012
dinillah karisma           :2410.019
herlina Humaira            :2410.003
susi fitri                              :2410.008
dewi wulan                        :2410.018

dosen Pembimbing:
Imamuddin, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN  MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
 SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2013 M/1434 H
 
 
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………….....……...…         i
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang………………….………………....………….........….. 1
B.     Rumusan Masalah………….…………………...………….….........…. 1
C.     Tujuan…………………….…………………………………............… 1
BAB II PEMBAHASAN
A.       Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus............. 2
B.       Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus..............7
C.       Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku.....................11
D.       Analisis Tugas Belajar..........................................................................13
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan…………………………………………………..…..........14
B.     Saran………………………………………………………….…..........15
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Tujuan merupakan sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha selesai. Karena instruksi atau pengajaran merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan dari pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk dan statis. Tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Kalau kita melihat kembali pengertian instruksi atau pengajaran, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pengajaran secara keseluruhan, yaitu ”sesuatu yang harus dicapai oleh siswa setelah mereka diberikan pengajaran oleh guru.
Tujuan ini kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Namun apabila kita melakukannya dengan kerja keras dan berencana dengan kerangka-kerangka kerja yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah sesuatu hal yang mustahil. Untuk lebih jelasnya”apa perencanaan tujuan-tujuan instruksional” akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab selanjutnya.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian tujuan instruksional?
2.      Apa saja klasifikasi tujuan instruksional ?
3.      Bagaimana perencanaan tujuan-tujuan Instruksional ?
C.       Tujuan Penulisan Makalah
1.      Menjelaskan  pengertian tujuan instruksional.
2.      Menjelaskan saja klasifikasi tujuan instruksional.
3.      Menjelaskan perencanaan tujuan-tujuan Instruksional.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang undang dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran tentang ciri ciri kedewasaan yang perlu dikembangkan pada anak didik dapat ditemukan dalam penentuan perumusan mengenai tujuan pendidikan, baik pada taraf nasional maupun taraf pengelolaan institusi pendidikan. Perumusan suatu tujuan pendidikan yang menetapkan hasil yang harus diperoleh siswa selama belajar, dijabarkan atas pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang telah menjadi milik siswa.
Adanya tujuan tertentu memberikan arah pada usaha para pengelola pendidikan dalam berbagai taraf pelaksanaan. Dengan demikian usaha mereka menjadi tidak sia sia karena bekerja secara profesional dengan berpedoman pada patokan yang jelas. Berkaitan dengan penentuan tujuan pendidikan perlu dibedakan antara pengelolaan pendidikan pada taraf:
1.      Organisasi makro : sistem pendidikan sekolah pada taraf nasional, dengan penjabarannya dalam jenjang jenjang dan jenis jenis pendidikan sekola, yang semuanya harus menuju ke pencapaian tujuan pendidikan nasional sesuai dengan progam pendidikan masing masing
2.      Organisasi meso : pengaturan progam pendidikan di sekolah tertentu sesuai dengan ciri ciri khas jenjang tertentu dan jenis pendidikan yang di kelola sekolah itu
3.      Organisasi mikro : perencanaan dan pelaksanaan suatu proses belajar mengajar tertentu di dalam kelas yang diperuntukkan kelompok siswa tertentu. (Winkel W.S, 2004)
Tujuan instruksional ternyata masuk ke dalam organisasi mikro karena mencakup kesatuan bidang studi tertentu yang menjadi pokok bahasan seperti tercantum pada bagan hubungan hierarkis antara berbagai tujuan pendidikan sekolah, taraf organisasi pendidikan sekolah dan taraf pengelolaan pendidikan sekolah dibawah ini:
Hierarki Tujuan Pendidikan
Taraf Organisasi
Taraf pengelolaan
Tujuan Pendidikan Nasional
Makro
Keseluruhan usaha pendidikan masyarakat di negara Indonesia
Tujuan Pendidikan Institusional
Meso
Jenjang pendidikan sekolah tertentu dan jenis pendidikan
Tujuan Pendidikan Kurikuler
Meso
Kesatuan kurikulum tertentu yang mencakup sejumlah bidang studi
Tujuan Instruksional Umum
Mikro
Kesatuan bidang studi tertentu yang mencakup sejumlah pokok bahasan
Tujuan Instruksional Khusus
Mikro
Satuan pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu

Jadi isi tujuan pendidikan akan berbeda beda tergantung pada taraf organisasi manakah tujuan itu ditetapkan. Sudah barang tentu isi tujuan pendidikan pada taraf organisasi yang satu tidak bertentangan dengan yang lain, melainkan tujuan pada taraf yang lebih bawah menjabarkan dan mengkhususkan tujuan pada taraf organisasi yang lebih tinggi. Maka perumusan tujuan instruksional akan lebih mengkhususkan tujuan pendidikan. Tujuan instruksional umum menggariskan hasil hasil di bidang studi tertentu yang seharusnya dicapai siswa, adanya hasil akan nampak dalam seluruh prestasi belajar yang diberikan oleh siswa. intinya tujuan instruksional adalah kemampuan yang harus diperoleh atau dicapai oleh siswa yang menjadi tujuan dari proses belajar mengajar.
Dalam pengelolaan dan pengembangan pengajaran diperlukan suatu model yang dipakai sebagai pegangan yang mencakup seluruh komponen pokok yang harus dipertimbangkan, dibuat, diatur dan dilaksanakan. Seperti model yang dikembangkan oleh van gelder yang disebut Didactische Analyse dengan penjelasan sebagai berikut:
1.      Tujuan Instruksional : kemampuan yang harus diperoleh siswa
2.      Kemampuan siswa pada awal pelajaran : kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional (prasyarat)
3.      Materi pelajaran : bahan pelajaran
4.      Prosedur didaktis : metode didaktis yang digunakan oleh guru
5.      Kegiatan belajar : aktivitas belajar yang dijalankan siswa
6.      Peralatan ,engajar dan belajar : berbagai media pengajaran dan alat bantu
7.      Evaluasi hasil belajar : penilaian terhadap prestasi siswa
Dalam buku beknopte didaxologie, E. De Corte juga menyajikan suatu model pembelajaran yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari model van gelder dengan penjelasan sbb:
1.      Tujuan Instruksional : Apa yang menjadi tujuan proses belajar mengajar
2.      Keadaan awal diartikan menjadi 2 cara :
a.       Dalam arti luas : keadaan guru, siswa, jaringan sosial di sekolah dan di kelas
b.      Dalam arti sempit : kemampuan yang harus diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional
3.      Evaluasi
4.      Proses belajar : kegiatan mental yang dilakukan siswa
5.      Prosedur didaktis : cara cara mengatur kegiatan siswa
6.      Materi pelajaran : menyangkut isi dari tujuan instruksional
7.      Pengelompokan siswa : tata cara membentuk kelompok
8.      Media pengajaran : alat bantu yang digunakan guru
9.      Proses mengajar belajar : interaksi antara kegiatan guru dan kegiatan siswa selama periode waktu tertentu
Dari beberapa tulisan di atas ada beberapa definisi yang disampaikan oleh beberapa tokoh seperti Robert F. Magner (1962) yang mendefinisikan tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. Juga ada Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan serta Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar. Setelah kita mengetahui beberapa definisi tujuan instruksional yang dikemukakan dari beberapa tokoh kita dapat mengambil beberapa manfaat yaitu:
1.    Kita dapat menentukan tujuan proses belajar mengajar
2.    Menentukan persyaratan awal instruksional
3.    Merancang strategi instruksional
4.    Memilih media pembelajaran
5.    Menyusun instrumen tes sebagai evaluasi belajar
6.    Melakukan tindakan perbaikan pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar tujuan instruksional dapat di bagi menjadi 2 yaitu tujuan instruksional umum yang menggariskan hasil hasil di aneka bidang studi yang harus dicapai siswa dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum yang menyangkut suatu pokok bahasan sebagai tujuan pengajaran yang konkrit dan spesifik.
Tujuan instruksional ini dapat dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Menurut Grounlund dalam Harjanto (2008) tujuan instruksional umum  (TIU) adalah hasil belajar yang diharapkan yang dinyatakan secara umum dan berpedoman pada perubahan tingkah laku dalam kelas. Tujuan instruksional umum (TIU) merupakan serangkaian hasil belajar yang bersifat khusus. sedangkan tujuan instruksional khusus (TIK) adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam istilah perubahan tingkah laku khusus. Tingkah laku khusus adalah kata kerja yang dapat diamati dan diukur.

Kegunaan TIU dalam proses belajar mengajar menurut Harjanto (2008) adalah:
a.       Memberikan kriteria yang pasti untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik.
b.      Memberikan kepastian mengenai kemampuan yang diharapkan dari peserta didik.
c.       Memberikan dasar untuk mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur efektifitas pengajaran.
d.      Menentukan petunjuk dalam menentukan materi dan strategi instruksional.
e.       Petunjuk bagi peserta didik tentang apa yang dipelajari dan apa yang akan dinilai dalam mengikuti suatu pelajaran.
f.       Peserta didik akan mengorganisasikan usaha dan kegiatannya untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan.

Masih menurut Gronlund dalam Harjanto (2008), dalam perumusan tujuan umum instruksional (TIU) terlebih dahulu menyusun jenis hasil belajar yang diharapkan dan jenis-jenis hasil belajar yang dapat digunakan sebagai sumber dalam perumusan tujuan insrtruksional umum  (TIU) yaitu harus memperhatikan hal-hal seperti berikut:
a.       Mencakup tujuan yang diharapkan secara umum tentang apa yang dapat dicapai dalam proses pengajaraan dalam satu waktu tertentu.
b.      Tidak terlepas dari konteks tujuan-tujuan kurikuler maupun tujuan yang diatasnya.
c.       Selaras dengan mempertimbangakan prinsip-prinsip belajar.
d.      Cukup realistis dengan keadaan kemampuan peserta didik waktu yang tersedia dan fasilitas yang ada.
e.       Mempunyai indikasi yang kuat bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik.
B. Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus
Ada beberapa langkah yang harus dilalui untuk merumuskan tujuan instruksional khusus. Pertama, usahakan menggunakan kata kata yang menuntut siswa berbuat sesuatu yang menampakkan hasil belajarnya dan sekaligus menunjukkan jenis perilaku (behavioral aspect) yang diharapkan, misalnya “siswa akan mengetahui perbedaan antara jenis karya sastra dan sastra puisi”, kurang tepat karena kata “mengetahui” hanya menunjuk pada kemampuan internal. Lebih baik kalau siswa akan melakukan sesuatu seperti “ menyebutkan secara tertulis ciri khas dari jenis karya sastra puisi dan sastra prosa dan memberikan suatu contoh tentang masing masing karya”. Berdasarkan apa yang ditulis yang kemudian di baca baru dapat ditentukan apakah siswa mengetahui perbedaan antara 2 jenis karya itu. Prestasi tertulis ini menampakkan dengan jelas, apakah hasil yang dituju telah tercapai dan hasil macam apa yang diperoleh yaitu pengetahuan. Kata “menyebutkan” secara tertulis menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati
Kedua, perlu dijelaskan terhadap hal apa siswa harus melakukan sesuatu (isi). Ini pun perlu dijelaskan supaya se spesifik mungkin. Misal TIK yang dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan membuktikan penghargaannya terhadapa seni tari nasional dengan ikut membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”.
Ketiga, perlu dijelaskan persyaratan yang berlaku,bila siswa akan melakukan sesuatu, sesuai dengan tujuan intruksional khusus. Persyaratan itu dapat menyangkut bentuk hasl belajar seperti secara tertulis atau secara lisan dan dapat menyangkut informasi yang diberikan.
Keempat, perlu ditentukan suatu norma mengenai taraf prestasi minimal yang diberlakukan. Ini berarti bahwa siswa akan mampu melakukan sesuatu dalam batas paling sedikit atau paling banyak. Norma yang menentukan taraf minimal dapat menyangkut lamanya waktu, dapat menyebutkan jumlah atau jumlah kesalahan yang boelh dibuat dan dapat menyangkut taraf ketelitian dan keterampilan. Karena tekanan yang diberikan pada prestasi belajar siswa yang berlangsung nampak dalam perilaku yang dapat di amati, TIK dianggap sebagai suatu “sasaran tingkah laku nyata”( behavioral objective). Adanya serangkaian sasaran yang demikian membawa keuntungan sejauh proses belajar mengajar terarah pada tujuan yang spesifik dan konkret.
Menurut Bryl Shoemakar dalam harjanto (2008), Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah pernyataan yang menjelaskan rencana perubahan dari seseorang yang belajar tentang apa yang diinginkan jika ia menyelesaikan suatu pengalaman belajar. Dengan demikian dapat diartikan perumusan tujuan instruksional khusus (TIK) adalah perumusan perubahan tingkah laku/kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu
Menurut Suparman (2004), merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan: (1) dasar dan pedoman bagi seluruh proses pengembangan tujuan instruksional selanjutnya (perumusan TIK merupakan titik permulan sesungguhnya dari proses pengembangan instruksional). (2) Alat untuk menguji validitas isi tes (isi pelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan apa yang akan dicapai). (3) Arah proses pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses instruksional.
Menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005) dalam merumuskan tujuan instruksional khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). Berikut ini penjelasan tentang komponen perumusan TIK.

4.    Audience = A
Yaitu siswa yang belajar untuk mencapai tujuan. Artinya tujuan yang dirancang untuk siswa bukan guru. Oleh sebab itu komponen siswa harus selalu ada pada setiap perumusan TIK. Contohnya: siswa kelas 1, siswa kelas 6  dan sebagainya.
5.    Behavior = B
Yaitu kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri atas kata kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata kerja operasional seperti menjelaskan, memberi, contoh, menyusun, membuat, merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat larutan oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya.
6.    Condition = C
Yaitu keadaan yang dipersyaratkan ketika siswa diminta menunjukkan atau mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan yang diharapkan. Contohnya: “diberikan  sejumlah data, siswa dapat….”(ini berarti bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan tersebut kita harus menyediakan data)  atau  “dengan menggunakan rumus ABC, siswa dapat….” (ini berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan tersebut apabila siswa melakukannya dengan menggunakan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus ABC berarti siswa belum menguasai tujuan tersebut).
7.    Degree = D
Yaitu tingkat ukuran yag dicapai untuk menentukan keberhasilan atau penguasaan siswa terhadap tingkah laku khusus yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dapat dianggap diterima. Contohnya: “siswa dapat menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang demokratis” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu menjelaskan dua atau tiga karakteristik ersebut) atau  “siswa dapat menjelaskan dua alas an penting transmigrasi” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila siswa hanya mampu menjelaskan satu alasan saja).

Menurut Suparman (2004) komponen dalam TIK yaitu ABCD tidak selau tersusun sebagai ABCD tetapi sering kali CABD dan biasanya dalam praktek sehari-hari TIK hanya mengandung dua komponen yaitu A dan B kadang-kadang tiga komponen yaitu A,B, dan D. berikut diberikan contoh TIK dengan rumusan komponen selengkapnya, yaitu: “Jika diberi kalimat aktif dalam bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester III akan dapat menterjemahkannya dalam kalimat fasif bahasa Inggris paling sedikit 80% benar”. Dari contoh TIK ini komponen tersusun sebagai CABD dimana diberikan kalimat aktif merupakan komponen Condition, mahasiswa merupakan komponen Audience, dapat menterjemahkannya merupakan komponen Behavior dan 80% benar merupakan komponen degree.
Kriteria dalam merumuskan TIK  berdasarkan unsur-unsur/komponen dalam TIK menurut Harjanto (2008) adalah sebagai berikut: (1) menggunakan kata kerja oprasional (2) berorientasi kepada peserta didik (3) berbentuk tingkah laku (4) hanya memuat satu perubahan tingkah laku. Sehingga contoh TIK menurut Agung (2009) “Siswa kelas XI IPA akan dapat menjelaskan  minimal dua aplikasi azas Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari jika diberikan azas Bernoulli,”. Dari TIK ini komponen tersusun sebagai ABDC dimana sisiwa merupakan komponen Audience, dapat menjelaskan merupakan komponen Behavior dan minimal dua  merupakan komponen degree dan diberikan  merupakan komponen Condition,
Masih menurut Harjanto (2008) langkah-langkah dalam merumuskan tujuan instruksional secara garis besar adalah: (1) merumuskan tujuan instruksional umum yang merupakan hasil belajar yang diharapkan (2) merinci tujuan-tujuan instruksional umum menjadi tujuan-tujuan instruksional khusus (3) memeriksa tujuan-tujuan instruksional untuk kejelasan dan kesesuaiannya.
Tujuan instruksiunal khusus keberhasilannya dapat diukur, yang pada umumnya mengandung unsur-unsur berikut:
                         i.     “apa” sebagai hal yang akan dirumuskan dalam pernyataan yang mengandung perbuatan tentang sesuatu yang dapat diharapkan dari hasil belajar.
                       ii.     “hingga mana” merupakan pernyataan sampai sejauh mana anak mampu menguasai hal-hal yang diajarkan baik secara kwantitas maupun kwalitas sehingga dapat diukur atau dinilai.
                     iii.     “siapa” yang dimaksud adalah semua siswa yang terlibat dalam proses belajar, namun demikian dalam hal tertentu terdapat perbedaan misalnya, pendidikan jasmani siswa laki-laki akan berbeda tugasnya terhadap siswa perempuan.
                     iv.     “dalam kondisi bagaimana” maksudnya dalam hal spesifik dapat dinyatakan untuk diberi penilaian.[1]
C. Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku (internal)
Ilmu psikologi mengenal pembagian aspek kepribadian atas tiga kategori yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif yang mencakup pengetahuan serta pemahaman, aspek afektif yang mencakup perasaan, minat, motivasi, sikap kehendak serta nilai dan aspek psikomotorik yang mencakup pengamatan dan segala gerak motorik. Dalam kenyataannya dasar pembagian yang demikian kerap menjadi pedoman dalam menggolongkan segala jenis perilaku. Kegunaan dari suatu sistem klasifikasi mengenai tujuan instruksional termasuk tujuan intruksional khusus adalah kita dapat memperoleh gambaran tujuan tujuan instruksional ditinjau dari segi jenis perilaku yang mungkin dicapai oleh siswa. Menurut Bloom dan kawan kawan pengklasifikasian jenis perilaku disusun secara hierarkis sehingga menjadi taraf taraf yang menjadi semakin kompleks
 a). Kognitif :
1.      Mencakup pengetahuan ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan
2.      Mencakup pemahaman untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari
3.      Mencakup kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode yang baru
4.      Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
5.      Mencakup kemampuan membentuk suatu kesatuan
6.      Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
b). Afektif :
1.      Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
2.      Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif
3.      Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
4.      Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
5.      Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai nilai kehidupan
c). Psikomotorik :
1.      Mencakup kemampuan untuk membedakan ciri ciri fisik
2.      Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai gerakan
3.      Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik
4.      Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik dengan lancar
5.      Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilandengan lancar, efisien dan tepat
6.      Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan Pola gerak gerik yang mahir
7.      Mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak gerik yang baru

C. Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut isi
Dalam suatu TIK dibedakan dua aspek yaitu aspek perilaku yang dituntut dari siswa dan aspek terhadap hal apa perilaku itu yang harus dilakukan(isi =content). Untuk istilah isi kerap digunakan pula istilah materi dan bahan. Istilah isi menunjukkan pada aspek tertentu dalam tujuan instruksional, terhadap hal apa siswa harus melakukan ssuatu sesuai jenis perilaku yang dituntut. Istilah materi / bahan pelajaran menunjuk pada hal hal yang dilakukan selama pengalaman belajar siswa berlangsung. Klasifikasi tujuan instruksional menurut aspek isi biasanya dikaitkan dengan struktur yang terdapat dalam cabang cabang ilmu yang mendasari aneka bidang studi yang di ajarkan di sekolah seperti skema dibawah ini yang menghubungkan antara tujuan instruksional, aspek isi tujuan instruksional dan materi / bahan pelajaran.
Tujuan instruksional
Isi tujuan instruksional
Menyebutkan nama presiden RI
Seokarno sebagai presiden pertama republik indonesia
Menjelaskan mengapa bahan besi yang dipanaskan memuai
Relasi antara pemanasan dan pemuaian
Menunjukkan kerelaan untuk melaporkan secara obyectif
Objektivitas laporan
D. Analisis tugas belajar
Dalam menentukan tujuan instruksional khusus berdasarkan aspek perilaku Gagne menggunakan pengklasifikasian tugas belajar dan di lengkapi analisis tugas belajar dengan menggjnakan hirarki dalam belajar yang berupainstructional sequence. Setiap TIK yang hendak dicapai menuntut prasyaratan kemampuan internal yang harus dimiliki yang berupa salah satu dari lima hasil belajar (informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan sikap dan motorik). Analisis tugas belajar dikemukakan oleh Gagne karena menyangkut penyelidikan terhadap komponen yang mungkin terdapat dalam tujuan instruksional dalam aspek jenis perilaku dan dalam aspek isi terutama tentang pemahaman dan pengetahuan.
Unsur pemahaman menunjukkan pada konsep / dasar dan unsur pengetahuan menunjukkan pada informasi verbal. Kedua unsur kiranya mutlak diperlukan karena tanpa pemahaman dan pengetahuan yang memadai sulit memperoleh sikap yang mantap. Hasil penyelidikan terhadap tujuan instruksional baik dalam aspek jenis perilaku maupun dalam aspek isi yang menemukan komponen konsep, informasi verbal dan subsikap nantinya akan sangat berguna dalam perencanaan dan pengelolaan proses belajar mengajar yang membawa siswa ke hasil yang dituju


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang undang dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran tentang ciri ciri kedewasaan yang perlu dikembangkan pada anak didik dapat ditemukan dalam penentuan perumusan mengenai tujuan pendidikan, baik pada taraf nasional maupun taraf pengelolaan institusi pendidikan. Perumusan suatu tujuan pendidikan yang menetapkan hasil yang harus diperoleh siswa selama belajar, dijabarkan atas pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang telah menjadi milik siswa. Adanya tujuan tertentu memberikan arah pada usaha para pengelola pendidikan dalam berbagai taraf pelaksanaan. Dengan demikian usaha mereka menjadi tidak sia sia karena bekerja secara profesional dengan berpedoman pada patokan yang jelas.
Perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran merupakan perumusan yang jelas dimana memuat pernyataan tentang kemampuan dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu untuk satu topik atau subtopik tertentu.
Dalam merumuskan tujuan instruksional, harus menetapkan jenis hasil belajar yang dapat dibedakan menjadi tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tujuan instruksional ini dapat dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK).
Dalam merumuskan tujuan instruksional khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree).
Langkah-langkah dalam merumuskan tujuan instruksional secara garis besar adalah:
(1) merumuskan tujuan instruksional umum yang merupakan hasil belajar yang diharapkan
(2) merinci tujuan-tujuan instruksional umum menjadi tujuan-tujuan instruksional khusus
(3) memeriksa tujuan-tujuan instruksional untuk kejelasan dan kesesuaiannya
Setiap TIK yang hendak dicapai menuntut prasyaratan kemampuan internal yang harus dimiliki yang berupa salah satu dari lima hasil belajar (informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan sikap dan motorik). Analisis tugas belajar dikemukakan oleh Gagne karena menyangkut penyelidikan terhadap komponen yang mungkin terdapat dalam tujuan instruksional dalam aspek jenis perilaku dan dalam aspek isi terutama tentang pemahaman dan pengetahuan. Unsur pemahaman menunjukkan pada konsep / dasar dan unsur pengetahuan menunjukkan pada informasi verbal. Kedua unsur kiranya mutlak diperlukan karena tanpa pemahaman dan pengetahuan yang memadai sulit memperoleh sikap yang mantap.
B.    Saran
Demikinlah yang dapat pemakalah susun semoga dapat memberi manfaat khususnya bagi pemakalah, umumnya bagi teman-teman sekalian. Pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya bisa membangun bagi kami, baik dalam segi penulisan maupun isi. Pemakalah adalah manusia biasa yang tidak lepas dari kekurangan, maka dari itu Pemakalah mohon maaf yang sebesar besarnya

Daftar Pustaka
Bloom,B. Human Characteristic and school Learning, Mcgraw-Hill,New York,1976
Gagne, Robert,M. The Conditions of Learning, Holt, Rinehart and Winston, New York, 1977
Harjanto. Perencanaan Pengajaran, PT. Asdi Mahasatya, jakarta, 1997
Rochman,N.Psikologi Kepribadian, CV Mutiara, Jakarta, 1979
Rustiah, NK., Masalah Pengajaran Sebagai Satu Sistem, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1994
Siswojo.Belajar Tuntas ( Mastery Learning), Erlangga, jakarta, 1981
Winkel, W.S. “Psikologi Pembelajaran”, Media Abadi, Cetakan Ke IX, Tahun 2007









[1] Dra. Rustiah, NK., Masalah Pengajaran Sebagai Satu Sistem, (Jakarta; PT. Rineka Cipta, 1994), hlm. 110-111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar